Page 72 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 72
61
menarik sampan menuju ke arahnya. "Kau tahu, ayahku du-
lu juga suka mengawasiku seperti aku mengawasinya seka-
rang. Benar kenangan yang tak pernah aku lupakan."
Pemuda itu mendekat, semakin dekat, sama-samar
tampak bayangan seseorang ada di belakangnya. Lalu, ia
menyapa kedua orang yang sedang duduk di pingglr sungal
itu, "Ayah, Ibu, kenaikan teman baruku, ia cantik 'kan?"
Ibu yang disapanya tampak tersenyum.
"LihatI, ia memang benar-benar mirip denganmu," ka-
tanya iirih lalu menatap lelaki tua di sampingnya yang akhir-
nya juga tersenyum.
"Ya," katanya. Kemudian, memejamkan mata seraya
menarik napas dalam, "Huuh." Saat ia membuka mata, di-
tatapnya air sungai jernih yang terus saja mengalir dan me-
ngaiir tak pernah berhenti.

