Page 94 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 94
83
"Kereta tak berpenghuni!"
"Kereta kosong!"
"Tak ada apa-apa!
Tiba-tiba pintu kereta terbuka, seorang wanita seusiaku
ke luar dari dalam kereta. Wajahnya cerah, tidak ada beban.
Senyumnya menyungging di bibirnya yang mungil dan in-
dah. Seorang wanita yang sangat peramah tampaknya.
"Selamat malam Bapak Ibu sekalian," kata wanita itu
sambil berdiri di depan pintu kereta api, "Kami menawarkan
peijalanan kedamaian, siapa yang mau ikut silakan masuk.
Siapa saja boleh ikut bersama kami."
"Ke mana? kata seorang pedagang rokok.
"Kita akan mengarungi dunia nyata."
"Dunia nyata bagaimana?"
"Dunia yang penuh kedamaian dan ketenteraman."
"Di mana?"
"Di hati kita masing-masing."
"Maksudnya?"
"Hati yang terbebas dari kedengkian dan kenistaan."
"Berapa ongkosnya?"
"Gratis. Tidak bayar, tidak dipungut blaya macam-
macam."
Orang-orang di stasiun kebingungan dan ketakutan.
Tiba-tiba dua lelaki itu bangkit, berjalan beriringan me-
nuju ke dalam kereta. Dua lelaki itu menoleh ke arahku, me-
lambaikan tangannya mengajakku ikut masuk. Terus dan te-
rus melambaikan tangannya.
Tiba-tiba aku merasa tubuhku bangkit, berjalan dan
tersedot ikut masuk ke dalam kereta.
Pintu tertutup> kereta berangsur-angsur maju mening-
galkan stasiun kecil. Kulihat Pak Broto dan orang-orang di
stasiun terus memperhatikanku dan bergumam-gumam
sampai mereka tak tertihat lagi oleh pandangan mataku.
Kini dua lelaki itu terus bersamaku.

