Page 90 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 90

79



        menunjukkan angka sepuluh lebih. Tetapi, suasana benar-
        benar hening, tak seperti malam-malam yang lalu. Bintang-
        bintang  pun tak terlihat, hanya kelam  walaupun sesekali
       terlihat pesawat terbang mengedip-ngedipkan lampunya di
       cakrawala malam.
             "Permisi, Mbak!"
             Aku sedikit kaget dan tertegun. Ketenanganku lang-
       sung buyar.
             "Permisi, Mbak!" katanya mengulang.
            "Oh, ya." Rupanya seorang leiaki setengah tua telah
       berdiri di sampingku. Aneh, aku sama sekaii tidak merasa-
       kan  kehadirannya, tiba-tiba  saja dia  sudah ada di  sam
       pingku.
            "Ada apa PakI"
            "Maaf Mbak, oh ya, sebelumnya boleh saja duduk di si-
       ni," sambi! tangannya menunjuk kursi kosong di sebelahku.
            "Silakan, itu kan kursi umum,boleh diduduki siapa sa
       ja." Aku sedikit mulai kaku dengan kehadirannya.
            "Terima kasih, terima kasih," kata leiaki itu sambil du
       duk di sebelahku, "Maaf Mbak, hanya mau tanya, kalau pe-
       nginapan yang paling murah di sekitar sini di mana, ya?"
            Aku bertambah heran. Tidak biasanya ada orang yang
       menanyakan penginapan di stasiun sini. "Di sekitar sini tak
       ada penginapan, Pak! Paling-paling kaiau ada orang yang
       kemalaman ya nginap di sini, di stasiun, atau di masjid se
       kitar sini,"
            Sekilas terlihat kekecewaan di wajahnya yang keiihatan
       mulai tua.
            "Maaf Pak, kalaa boieh saya taho Bapak ini dari mana
       dan mau ke mana?"
            "Kalau saya tak menjadi persoalan."
            "Mafcsud Bapak?"
            "IMihKInihl" teriak leiaki itu tanpa mempedutikan pera-
       saanku. Rupanya dia memanggil seseorang yang sedang du-
   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95