Page 88 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 88
DUA LELAKI ITU TERUS
M E MPERH ATIICANKU
Moh. Ruslan A.G.
Dua lelaki itu terus memperhatikanku. Agaknya pandang-
an mereka tak mau berpaling dan terus-menerus mena-
tap seperti hendak munguasai lebih dalam. Aku sedikit malu
dengan tatapan itu. Namun, justru ketakutanlah yang sebe-
narnya menghinggapi perasaanku malam inl.
Aku coba menenangkan perasaan. TIdak bisa. Rasa-ra-
sanya mereka seperti hendak menangkapku, mencincangku,
dan akhirnya memakanku.
"Ah, ini hanya halusinasimu saja," kata hatiku.
Sekejap kuiirik mereka. Tenang dan dingin. Tetapi, ada
suatu kekosongan dan kepasrahan yang tergambarkan be-
gitu jelas di raut muka mereka. Ada sedikit kegellsahan yang
hendak mereka sampaikan kepadaku, namun sorot matanya
mengisyaratkan kebingungan.
Aku mencoba bersikap lebih tenang. Seorang ibu muda
dan anaknya yang masih menyusu yang duduk di sampingku
sudah pergj dari tadi. Hanya beberapa orang saja yang ter-
lihat sedang duduk-duduk tenang.
Kedua lelaki itu masih terus memperhatikanku.
Tiba-tiba suara petugas stasiun memecahkan kesunyi-
an dan keheningan malam. Kereta api ekonomi Tawang Mas

