Page 53 - Microsoft Word - AA. Navis - Rubuhnya Surau Kami _Kumpulan Cerpen_
P. 53
sungguh mati rasanya. Begitu memualkan. Begitu jijiknya dia pada ketiga orang itu.
Bagaimana nanti kalau sudah serumah?
Akhirnya, ya, akhirnya, demi kepentingan anak yang sedang dikandungnya dan demi
dia tak mau diejek lagi sebagai peragu, maka dia paksakan berkompromi dengan apa
yang dihadapinya.
"Kenapa suamimu dibunuh gerombolan?" tanyanya lagi dengan dipaksa-paksakan. Tiba-
tiba pada mata perempuan itu dilihatnya linangan air mata. Sekarang hati rahimnya
mulai lagi tersentuh. Dan tiba-tiba rasa sesalnya timbul karena mengajukan
pertanyaan yang dirasanya bodoh itu. Lalu katanya mencoba memperbaiki keadaan,
"Anakmu ini siapa namanya?"
"Yang besar ini, Darman. Tapi orang memanggilnya Bisu."
"Bisu? Kenapa dipanggil Bisu?"
"Karena dia memang bisu, Nya."
Lena ingat lagi kepada anaknya yang bakal lahir. "Anakku tidak boleh bisu. Kalau aku
berbuat baik pada anak bisu ini, tentu anakku tidak akan kena bisu kelak. Tentu saja
aku harus menunjukkan hati baikku. Akan kupelihara anak bisu ini, supaya anakku
tidak bisu pulanantinya."
Ketika Haris, suaminya, pulang dari kantor, alangkah tercengangnya dia melihat
perubahan Lena yang telah mampu bertindak sendiri. Lena merasa geli melihat betapa
takjub suaminya kepadanya. Dan betapa senang hatinya, ketika Haris mencium
keningnya seraya berkata, " Aku memang sudah duga juga, kau betul-betul telah siap
jadi seorang ibu."
Kemudian lamunannya lenyap. Ia ingat kepada suaminya. Ia menoleh kepada
suaminya, dan ketika itu Haris sedang memandangnya terheran-heran seperti dulu itu.
Dia merasa geli dan juga merasa senang. Dia tersenyum.
“Ayolah, Len. Kenapa kau diam saja? Tukarlah pakaianmu," kata suaminya.
Lena tercengang seketika karena tak ingat apa hubungannya dengan kata-kata
suaminya itu. Tapi ketika dia ingat bahwa tadi ia mengumpat suaminya karena tak
pernah mengajaknya bepergian, maka ia bertanya sedikit gugup. "Ke mana kita?"
"Ke mana sajalah. Tukarlah pakaianmu dulu. Kalau film bagus kita nonton," kata
suaminya.
Sudah lama benar mereka tidak keluar malam bersama-sama. Banyak benar sebab dan
alasannya. Sejak kehamilannya, sesungguhnya ia kurang bergairah keluar dari rumah.
Lebih-lebih keluar bersama suaminya. Perasaannya selalu tidak enak bila bersama
suaminya. Alasan tidak ada orang yang menunggui rumahnya, itu memang sebab
lainnya. Meninggalkan rumah pada pembantu saja, sulit dipercaya. Seperti pernah
terjadi dulu. Ada pembantu yang menghilang dengan membawa kain-kainnya, ketika
ditinggalkan sendiri di rumah. Kini meninggalkan rumah kepada Aisah, hatinya masih

