Page 56 - Microsoft Word - AA. Navis - Rubuhnya Surau Kami _Kumpulan Cerpen_
P. 56
Kemudian ia tak dapat melihat sesuatu yang di depan matanya lagi. Bahkan ia tidak
sadarkan diri, ketika ia terbaring di kelilingi banyak orang yang mengerumuninya.
Kemudian, secara samar-samar didengarnya reriakan anak yang membanyol tadi.
"Tidak! Dia bukan ibuku! Aku tak kenal padanya! Dia mengajakaku untuk meminta-
minta!"
Teriakan anak itu bagai menusuk-nusuk di dalam tubuhnya yang terbaring di rumput
itu. Rasa nyeri kian tak tertahankan lagi. Dia merasa saat ajalnya akan sampai.
Hatinya menjadi kian ciut. Denyutan jantungnya kian mengencang. Dan napasnya
tersengal-sengal.
Ketika rasa nyeri itu mulai berkurang, secara samar-samar ia ingat lagi pada harta
bendanya di rumah. Sudah pasti habis digondol perempuan penipu itu. Hatinya
menjadi sakit dan luluh. Perasaan sakit yang begitu perih itu, diimbanginya dengan
berteriak-teriak dan meronta-ronta serta memukul-mukul dadanya. Suasana
dirasakannya mengambang lagi, hingga ia tak sadarkan dirinya lagi.
Dan besoknya, sebelum ia membuka matanya, diraba-raba perutnya lebih dulu. Tapi
perut itu tidak gendut lagi. Dia terkejut. Lalu dia duduk dari tidurnya sambil berteriak-
teriak, "Anakku! Anakku! Mana anakku?!"
Seorang juru rawat segera datang padanya dan sambil merebahkan badannya kembali
ia berkata, "Tenanglah, Nyonya. Anak Nyonya tidak apa-apa."
Lena ingat segala-galanya lagi. Anaknya telah lahir kemarin. Anaknya itu laki-laki. Dan
memang dia ingin anak laki-laki. Jadi persis seperti yang diinginkannya. Persis seperti
warna hijau muda pada pakaian dan perlengkapan bayi yang dijahitnya sendiri, warna
yang sesuai untuk bayi laki-laki. Tapi kelahiran bayinya itu tidak sempurna bulannya.
Bayi itu dalam pertumbuhannya juga akan tidak sempurna, seperti pertumbuhan bayi
yang lahir normal. Lalu dia menangis dan merintih di dalam hatinya, satu-satunya cara
yang dia punyai untuk mengobati hatinya yang luka. Dan suara rintihan itu kedengaran
begitu nyata pada telinganya.
Nasihat Nasihat
Ketika Hasibaun, anak muda yang menumpang di kamar depan menceritakan
kesulitannya, dengan penuh perhatian ia mendengarkan. Memang selama wajahnya
kalihatan sungguh-sungguh, bila setiap orang mengemukakan kesulitannya untuk
meminta sekedar nasihat yang berharga. Sikapnya ini menyenangkan hati orang.
Sedang rambut dan kumisnya yang lebat dab telah putih seluruhnya itu, memberikan
keyakinan dalam setiap hati yang dilanda kerisauan, bahwa dari padanya saja nasihat
yang baik memancar.
Nasihat orang tua itu selamanya berharga. Karena itu, setiap orang tak berani memulai
sesuatu sebelum diminta nasihatnya. Dan jikalau orang lupa meminta nasihat
kepadanya, mereka itu merasa berdosa sekali. Namun demikian, biar orang lupa dan
tak butuh nasihatnya pun, ia mampu memperlihatkan kebesaran jiwanya. Cepat-cepat

