Page 48 - Microsoft Word - AA. Navis - Rubuhnya Surau Kami _Kumpulan Cerpen_
P. 48
mengambil alih pimpinan pemerintah. Seluruh kantor dan toko supaya dibuka seperti
biasa. Rakyat dilarang mengibarkan bendera Merah Putih. Waktu di jalan pulang,
selebaran itu bertebaran pada tembok-tembok pagar rumah penduduk.
Kini Marah Ahmad baru tahu sandiwara model militer itu. Mereka tidak suka negeri ini
diurus oleh rakyat menurut cara rakyat. Militer ingin menguasai dan berkuasa atas
semua yang ada di bumi ini. Oleh karena negeri bisa aman oleh rakyat sendiri,
mereka buat provokasi supaya situasi kacau. Kekacauan itu dijadikan dalih untuk
mengambil kekuasaan ke dalam tangan-nya. Tapi mengapa kekacauan itu diarahkan
kepada Cina?
Berhari-hari kemudian dia baru sadar, mengapa toko-toko Cina dijadikan sasaran
penjarahan. Bukan karena perseteruan kedua bangsa itu di Tiongkok. Melainkan cara
yang gampang untuk memancing sentimen rakyat. Sentimen yang ditumbuhkan dan
dipelihara oleh pemerintahan kolonial selama ini, agar penduduk tetap terpecah-belah
karena perbedaan ras, karena perbedaan suku dan perbedaan agama.
Marah Ahmad tidak bisa menerima taktik dan cara militer demikian. Kalau mereka
mau berkuasa mengapa harus dengan taktik dan cara yang kotor itu. Rakyat toh
tidak berani melawan militer yang bersenjata.
Hari pertama Marah Ahmad masuk kantor, dia datang dengan setengah hati. Ketika dia
pulang, hatinya yang setengah itu tidak bersisa lagi. Soalnya, ketika seluruh pegawai
dikumpulkan di lapangan Balai Kota untuk mengikuti upacara menaikkan bendera
Hinomaru, seorang pegawai tua yang buntal tubuhnya, digampar tentera kepalanya.
Karena waktu membungkuk ke arah bendera itu, dia hanya menekurkan kepalanya
saja. Maka hati Marah Ahmad tinggal seperempat. Lalu ketika Walikota yang tentera
itu memanggilnya menghadap, dia tidak membungkuk. Dia hanya mengangguk saja
seperti yang biasa dilakukannya bila menghadap Walikota yang Belanda. Jepang itu
berteriak-teriak. Meski Marah Ahmad tidak mengerti bahasa Jepang sepotongpun,
namun dia tahu dia dimaki-maki. Kemudian dia disuruh keluar. Baru saja dia lewat
ambang pintu, dia dipanggil lagi. Marah Amad tahu, bahwa dia disuruh membungkuk.
Lalu dia membungkuk. Persis saat itulah sisa hatinya habis. Besoknya dia tidak mau
masuk kantor lagi.
Menurut cerita anak tertua Marah Ahmad kepada Si Dali bertahun-tahun kemudian,
sepuluh hari setelah tidak masuk kantor, ayahnya dijempur Kempetai. Limabelas hari
setelah ditahan, dia dibebaskan oleh usaha sepupunya yang beristeri Jepang. Tapi
pada hampir seluruh tubuhnya ada bekas memar. Dan ibu jari kakinya dibalut perban,
karena kukunya dicabut Kempetai waktu disiksa dalam tahanan. Satu-satunya kalimat
yang diucapkannya bebarapa hari setelah di rumah, ialah: "Nippon-Indonesia sama-
sama. Nipppn-Indonesia sama-sama."
---------------------------------
Catatan:
* Inisial F berasal dari nama Kepala Intel Militer Jepang, Fujiwara.
** Polisi Militer Jepang.
Kayutanam 24 Juni 1998