Page 104 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 104

melihat, tapi moM-eka tak mengenal. Penjaga WC" Umum dengan
           kotak uangn\'a pun tak memperhatikan dengan seksama bahwa
            mungkin ada seorang pria muda yang sempat menggunakan
           salah satu kamar WC pesing itu dan memasukkan sekeping koin
           lima ratus rupiah.
                   Waktu  pun tak  sudi  membantu. Matahari dengan
           pongahnya  merasa  lelah.  Langit  perlahan  kemerahan,
           bersiluetkan sekawanan burung dara terbang melintasi langit,
           menuju sarang mereka. Sebentar lagi gelap, dan hiiigga saat iiai ia

           belum menemukan Irham.
                   Di mana Irham? Pergi ke mana ia setelah sempat berjalan

           mendekati ELF?
                   Baiklah, mungkin ini sudah takdirnya...
                  "Pak, piMn? Annke snmpean wis keternul" sang kernet ELF
           mendatangi Pak Sobirin yang masih mencelos berdiri terdiam.
           "Busnya sudah akan berangkat. Sanipenn pan ditinggal apa pan
           nielii? Penumpang laiimya sudah menunggu cukup lama, Pak."
                  "Ya, nyongpan nielii."
                  "Lha, anak sampean bagaimana?"
                   Pak Sobirin tak akan pernah membayangkan bahwa
           suatu hari ia akan meniru tingkah para artis di teve, berakting,
           berpura-pura menjadi seseorang yang lain. Tapi kali ini ia benar-
           benar melakukan hal yang tak terbayangkan sebelumnya itu. Pak
           Sobirin memaksakan sebuah senyum lega, seolah semuanya
           berjalan baik-baik saja dan berkata, "Dia sudah bersama bibinya.
           Tadi saya menemui mereka berdua di WC Umum itu. Kata anak
           saya, dia masih ingin mengmap di rumah bibinya. Sudahlah,
           ayo..."

           Anngerai) Ber/u/m/ hiuim.... (C^ilang S.P., SM.AN 1 Tcgal)   97
   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109