Page 107 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 107

Antologi Cerpen Rernaja

             Ah, rasanya nyaman melihat kelurga Pak Sobirin kaget
     dengan belut yang mengandung secuil emas dalam perutiiya.
     Tuhan tak salah pilih, Pak Sobirin bersikap sesuai namanya. la
     bahkan tak  mengusirku setelah dua malapetaka kulakukan.
     Semoga benda itu bisa mereka manfaatkan.

             Amien...
             Oya, aku tak tahu, apakah sampai sekarang mereka
      masih menyimpan surat kaleng dariku? Oh, betapa baiknya

      mereka, tak ingin melupakan aku semudah itu. Tuhan memang
     tak salah pilih, dan Dia tak akan pernah salah pilih. Semoga kelak,
      mereka berhak mendapat tiket spesial menuju' Adn.
             Aku sudah terbang, dan akan kembali dengan titah dan
     tugas lain dari-Nya. Ah, siapa mukininin lain bakal menerima
     anugerah? Hanya Dia yang Tahu...
             Siapa kamu, Irham? Begitu mengagetkan muncul dalam
     hidup saya, pergi  pun begitu, batin  Pak Sobirin  sembari
     mengawasi para pelayan restorannya.
             Lima tahun berselang sejak peristiwa itu. Benar-benar
     emas asli, dan laku dijual dengan harga cukup tinggi. Sekarang
     sebuah restoran cukup besar berdiri di Jalan Sultan Agung. Buah
     ciari usaha. Semua hutang keluarga dengan Mak Yuki pun
     perlahan dilunasi. Meski ada kernyit tak percaya pada wajah
      wanita renta, sang pemilik piutang itu. Saat keluarga Sobirin
      melunasi semua hutangnya, Mak Yuki tengah terbaring sakit.
      Anak bungsunya yang meneruskan usaha kotor itu.
             Hari-hari dalam hidup Pak Sobirin kini secerah langit tak
     berawan, dengan pelangi melingkar di atasnya. Masih ia ingat ia
     akan kata-kata Irham dulu, saat mereka masih memiliki cukup


     100
   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112