Page 110 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 110

Kemiskinanku  bukan  karena  orang  tuaku  yang
            mempunyai pc^kerjaan tidak layak, Ayahku adalah pengusaha
           kaya. Namun bagiku dia sudah meninggal. Bagiku dia sudah
            meiiinggal tiga setengah tahun yang lalu, walaupun jasadnya
            masih kokoh berdiri dibumi lain, di kehidupan barunya.
                  Saat  ini  aku  berjalan  pulang  setelah  mendapatkan

           sebungkus kristal dari teman-temanbaruku. Kata mereka, kristal
           ini mampu memberikan apapun yang aku inginkan. Aku tak tahu
           hal itu benar atau tidak. Setidaknya merekalah yang mengerti
           diriku  saat  ini.  Merekalah  yang  bisa  memberiku seuntai
           perhatian.
                  Dulu, Ibuku  sangat  memperhatikanku  dan
           menyayangiku, seakan akulah anak yang paling bahagia di dunia
           ini. Namun, sejak ayah meninggalkan kami, ibu sibuk mengurus
           warung makaimy a demi mencukupi kebutuhan kami.
                  Seperti  saat ini.  Aku yakin  ibu  mengacuhkan
           kepulanganku  dan lebih  mementingkan  kedelainya  untuk
           dijadikan tempe. Ya, ternyata sepotong tempe lebih berharga dari
           diriku.
                   "Fajar, dari mana saja kamu? Lihat, siapa yang datang,"
                  sapa  ibu  di samping  pintu  dengan  rona  wajah
                  kegembiraan ketika aku sampai di teras rumah. Aneh, tak
                  seperti biasa ibu menyapaku seperti ini.
                  "Hai Bro, pa kabar?" sesosok laki-laki  yang sangat
           kukenal muncul di balik pintu.
                  "Kak Zukhruf? Surprise banget, Kak! Kapan pulangnya?"
                  "Ba'da Maghrib tadi. Kamu dari mana? Jam sepuluh kok
           baru pulang?"


           Cahaya hinlcuig.... (.\ri Mami, SMAN 1 Puavodadi)           103
   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115