Page 113 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 113

Antologi Cerpen Reinaja


             Teriakan Kak Zukhruf dan secangkir air eiingin telah
      membangunkanku. Ya, kebahagiaanku  ternyata  hanyalah
      mimpi.
             Dengan setengah had aku berwudhu dan mendirikan
     salat shubuh. Aku lupa kapan terakhir kali aku melaksanakan
     salat shubuh. Jika tubuhku lebih besar dari Kak Zukhruf, aku
      pasti akan melawannya, meninju pipinya seperti yang ia lakukan
      padaku tadi malam.
             Selesai  salat,  kudapati  Kak Zukhruf  memegang
      bungkusan koran kecil, duduk di tempat tidurku dengan mimik
      kemarahan yang telah memuncak.
             Ya Tuhan, aku lupa menyimpan kristal itu.
            "Apa ini?" sentaknya. "Kenapa diam saja? Sejak kapan
             kamu menjadi budak barang haram ini?"
             Tangan kirinya mencengkeram kaosku. Dan, matanya.
      Aku takut dengan pancaran mata itu.
            "Ayojawab!"
            "Aku, aku tidak pernah memakainya."
            "Alahh, mengaku saja!  Jangan  menjadi laki-laki

     pecundang!"
            Pecundang? Aku bukan pecundang!
             Kucegah tanganiiya yang hampir mendarat di pipi kiriku,
     dan dengan sekuat tenaga, kuayunkan tangan kananku ke arah
     perutnya.
            "Braakk!"
            Tubuhnya  terpelanting  membentur lemari  buku.
     Sebagian buku jatuh berserakan. Aku puas! Untuk pertama
     kalinya aku mampu melawannya.


     106
   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118