Page 114 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 114

"Terserah Kak Zukhruf percaya atau tidak. Dan  aku
                   bukan pecundaiig! Aku sama sekali bukan pecundang!
                   Lihat diri Kak Zukhruf! Apa saja yang mampu kamu
                  lakukan hingga menilaiku sebagai seorang pecundang?
                  Jika bukan karena Kakak, ayah tidak akan pergi dari
                  rumah dan semua tidak akan seperti ini. Aku seperti iiii
                  karena Kakak! Dan Kakaklah yang pecundang!"






                  Sejak kejadian tacii  pagi, aku tak lagi  bertegur sapa

           dengan  Kak Zukhruf. Sepertinya  ia  sibuk  mempersiapkan
           sesuatu. Eh, mengapa aku harus mempedulikannya? Toh dia tak
           bisa mengerti tentangdiriku.
                  Kutatap ribuan bintang beserta cahayanya yang masih
           setia menemaniku malam ini. Sudah menjadi kebiasaanku duduk
           di  beranda  rumah menatap  bintang-bintang  sebelum  aku
           mengenal teman-teman  baruku. Jika  Kak Zukhruf tidak
           menghalangiku, saat ini aku pasti bersama teman-teman baruku.
           Tapi eiitah mengapa sekarang aku mulai ragu. Aku ragu teman-
           teman baruku dan barang-barang itu mampu memberiku sebuah
           kebahagiaan yang sejati. Mungkin hanya biiitaiig yang mengerti
           tentang diriku.
                  "Bintang, terima kasih karena kau satu-satunya temanku
           yang setia menemaniku. Bintang, aku ingin sepertimu, hidup
           statis  dengan  kebahagiaan."  Aku berbisik,  mencoba
           mengucapkan terima kasih akan kesetiaan mereka.
                  "Maaf," sebuah suara menggema di belakangku.

           Cabaya Bintung.... (An Mami, SM AN 1 Punvodadi)            107
   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119