Page 111 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 111

Antologi Cerpen Rernaja


             "Emm, a...aku  dari  rumah  teman, biasa..belajar
      kelompok."
             "Wah, rajin amat. Nah, gitii dong. Kakak bangga punya
             Adik kayak kamu. lya, kamu kan sudah kelas tiga. Belajar
             yang rajin ya, biar lulus. Nggak kayak Kakak," nasihahwa
             sambil  menepuk  bahuku. Huufhh, syukurlah. Tas
             ranselku mampu meyakiiakan Kak Zukhruf dan
      menyelamatkanku dari kebohonganku. Kami pun berpelukan
      erat melepas kerinduan.
             "Jujur sama Kakak!" sentak Kak Zukhruf tiba-tiba sambil
      melepas pelukannya.
            "Maksud Kak Zukhruf apa?"

             "Nafasmu. Kamu abis minum alkohol kan?"
             Kulihat, pancaran mata kak Zukhruf begitu menakutkan.
      Aku pun mengangguk pelan.
             "Aughh..,"  erangku. Kepalan  tangan  kak  Zukhruf

     seketika mendarat di pipi kiriku.
            "Kalau seperti ini, mau jadi apa kamu?"
             Ibu mencegah pukulan Kak Zukhruf selanjutnya dengan

     berurai air mata. Aku berlari menuju kamarku dan menu tup
      piiitu secepatnya.
             Aku benci Kak Zukhruf! Dari dulu dia selalu saja ringan
     tangan. Padahal tadi aku berusaha untuk ramah. Ah, mengapa
     dia pulang hari ini, mengapa dia tak lenyap saja seperti teman-
     temanku dan ayahku. Biasanya kan dia hanya pulang saat
     lebaran.
             Kakakku adalah pecundang sejati. Dia lebih memilih lari
     dari kenyataan dengan menuntut ilmu di Pondok Pesantren


     104
   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116