Page 119 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 119

Antologi Cerpen Remaja


             Markas yang hanya mempunyai dua ruangan ini terkesan
      seperti di neraka. Dindingnya dipenuhi gambar tengkorak dan
      gambar-gambar menyeramkan yang semuanya berwarna hitam
      dan putih. Udara di kamar ini pun beraroma aneh dan pengap.
             "Ini," katanya seraya melemparkan sebungkus kristal
      yang ia ambil dari ruangan satunya.
             "Terimakasih."
             "Loh, cepcknya mana. Coy?!"
             "Kemarin kan gratis. Masa sekarang harus bayar?"
             "Kemarin ya kemarin. Kalo nggak da duit, jangan ke sini.
      Emang ni kristal punya eyarig, Lo apa. Gun punya kristal im juga
      beli. Coy!"
             Ia merebut kristal dari tanganku. Aku tak berdaya karena
      di kantongku cuma ada sepuluh ribu perak. Aku pun pergi
      dengan tangan hampa. Biarlah. Besok aku akan kembali lagi ke
     sini dengan tabunganku.
             Sesampainya di rumah aku melihat ibu duduk di teras
     rumah. Sepertinya ia menantikan sesuatu. Tapi tidak mungkin
      dia meiiantikan kedatanganku.
            "Kamu dari mana? Kenapa malam-malam baru pulang?"
             Pasti ada sesuatu yang membuat ibu memilih untuk
      menantiku daripada bermain dengan kedelainya.
            "Dari ruall," jawabku jujur.
             Ya, aku memutuskan untuk nongkrong seharian penuh di
      mall daripada diam di rumah bersama si pecundang.
            "Kakakmu sudah kembali lagi ke ponpes tadi sore. Dia
     sudah menunggumu lama tapi kamu tak pulang juga."
            "Syukurlah. Moga aja dia iiggak kembali lagi."


     112
   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124