Page 105 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 105

Antologi Cerpen Reinaja


            " Yii iius, gtiginn I"
             Dalam hati, Pak Sobirin menjerit dan tersenyum di waktu
     bersamaan. Dari mana Irham memiliki bibi? Apakah si Kernet
      percaya dengan kebohonganku?






             Tatkala suaminya menceritakan semuanya, Bu Halikah
      mengelus dada dengan kaget. Rasa terperanjat yang berbuntut
      kengeriaix " Apa yang bakal ia lakukan di kota itu? Irham diirung
     duive apa-apa, Pak!"
             "Entahlah, Bu. Saya lelah. Kita cuma bisa mendoakan
     Irham agar ia baik-baik saja, di manapun dia berada."
             Bu Halikah menerawang sejenak, ekspresi wajahnya
      kosong. "Dia anak yang baik, Pak. Hanya saya saja sering terbawa
      emosi," wanita itu merasakan ada sebutir airmata yang jatuh di
      pipinya. "Bahkan saya belum sempat meirunta maaf pada Irham,
      Pak..."iaterisak.
             Keduanya berpelukan. Saling menghangatkan. Perlahan
      mereka mengikhlaskan kepergian Irham. Meski tak mudah bagi
      keduanya. Karena kebaikan, kepolosan, keluguan, dan semua
      senyum cerah Irham telah terukir dalam hati mereka.
             "Sudahlah, ayo, masak ini belut. Keburu busuk. Kita
      tidak punya kulkas." Pak Sobirin melepas pelukannya dan
      beranjak menuju kamarnya. Gerah. Ia ingin berganti baju dan
      mandi. Saat ia meletakkan peci hitamnya di meja kecil kamarnya,
      ia temukan sesuatu. Selembar kertas yang dilipat dua kali...
             Astaga, apa ini? Pak Sobirin bertanya-tanya. Perasaannya


      98
   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110