Page 100 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 100

'Tak, saya kagum dengan sikap Bapak. Mungkin, ini
           alasanTuhan menguji Bapak/'
                  "Maksud kamu?"
                  "Bapak sekolah kan? Maaf, bukan bermaksud lancang,
           cuma ingin tahu saja."
                  "Ya?" Pak Sobirin penasaran juga dengan pertanyaan
           priamuda itu.
                  "Seorang guru pasti menguji murid-muridnya terlebih
           dulu sebelum inenaikkan para anak didik ke kelas yang lebih
           tinggi, yah... setidaknya itu yang saya alami saat saya bersekolah,
           meski cuma sampai kelas 5 SD. Siapa  tahu, Tuhan ingin
           memberikan anugerah  yang tak  pernah  Bapak bayangkan
           sebelumnya melalui ujian-ujian ini? Hehehe, itu salah satu pesan
           yang saya mgat sebelum bapak saya meninggal."
                   Irham kembali melanjutkan pekerjaamiya, membereskan
           sisa-sisa dagangan.
                   Masya Allah. Benar-benar pemuda lugu. Seharusnya ia
            menemukan orang yang tepat untuk dapat sekalian menjadi
           pembimbingiiya. Bukan hanya sekadar saya.
                   "Semoga saja. Ham. Mari pulang."
                   Untuk sesaat, sikap Pak Sobirin  berubah. Hari-hari
           berlalu. Waktu yang tak punya insting kompromi tetap berlaritak
            peduli dengan para manusia pemalas yang tertinggal peradaban.
            Hingga, pada Sabtu siang Irham pulang ke rumah dengan wajah
           babak belur dan darah yang mengucur di mana-mana, sembari
            menggendong Asrul yang berantakan.
                   "Astaga! Asrul!" Bu Halikah cepat-cepat mengambil
            Asrul dari gendongan Irham. "Bisa kamu jelaskan apa yang


            Aniigenih ^enian/d Irbam,... ((jilang S.P., SMAN 1 legal)   93
   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105