Page 127 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 127

Antologi Cerpen Rernaja

      perhatian  dariku.  Namun sepertinya  ia  tidak  menyadari
      kenyataan lain itu. Ito seorang anak yang pintar. Tentu saja ia
      sudah inemikirkan kenyataan itu sejak setahun yang lalu.
      Kenyataan bahwa dirinya yang pintar tidaklah seberuntung aku.
      Dan itu membuatnya tidak menghiraukan kenyataan Iain bahwa
      ayahnya masih selalu berdiri di depan pintu kamarnva barang
      sejenak untuk mengucapkan pamit sebelum ia menuju jalanan

      perkotaan meiijajakan dagangannya di sebuah tenda kecil. Dan
     juga  aku yang masih selalu  mengunjunginya berharap

      mendapatkan senyuman yang telah hilang sejak setahun yang
      lalu.
             Tatapanku masih terarah ke depan. Ito...yang berjalan
      menuju ke arahku itu benar Ito. Tangannya yang menenteng
     sebuah tas plastik kecil yang berwarna hitam, masih saja terlihat
     kurus seperti tahun kemarin. Tapi wajahnya tertunduk hingga
     aku tidak mampu melihat sorot matanya. Apakah tatapannya
     telah berubah selama setahun ini? Aku rasa ayahnya sendiri tidak
     tahu. Mungkinsaja pakdhe, begitu aku memanggil ayah Ito, tidak
     tahu kalau anaknya keluar rumah. Dengan bertelanjang kaki dan
     wajah tertunduk.
             Kuhentikan langkahku. Ito sepertinya menyadari kalau
     ada seseorang di depaimya yang menunggunya menghentikan
     langkah juga. Tapi ia tidak tertarik untuk mengetahui siapa orang
     yang sengaja  menghentikan langkah  untuknya. Ia  hanya
     mengamati ujung sepatuku yang terkena cipratan lumpur dari
     kampungnya. Dan ia segera tahu itu aku.
            Ia membuang bungkusan yang tadi dipegangnya dan
    berlari  melewatiku. Ia  benar, bungkusan itu  hanya akan


    120
   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132