Page 125 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 125

Antologi Cerpen Reniaja


      alasan kenapa aku tidak pernah bosan datang ke rumahnya
      selama 1 tahun ini haiiya untuk sekedar mendengar Ito bicara
      padakulagi.
             "Pakdhe, saya  minta  maaf jika  kedatangan  saya
      mengganggu semua yang ada di siiii, terutama Ito. Tapi bukan
      seperti  itu  maksud  kedatangan saya. Saya...hanya  ingin
      dimaafkan.../'
             Aku tertunduk. Kalimatku tadi memulai kebisuan antara
      aku  dan ayah  Ito.  Entah  kenapa  aku selalu  lebih  suka
      memandangi butiran-butiran tanah di bawahku, di rumah Ito ini,
      daripada lantai marmer yang dipasang di rumahku. Hingga bisa
      dipastikan aku selalu tertunduk saat ayah Ito memandangku
     lekat-Iekatseperti sekarang ini.
             Aku semakin  tertuiaduk.  Kalimatku  tadi  menutup
      kedatanganku hari ini. Ayah Ito yang seorang pedagang kaki
     lima itu tidak begitu pandai bicara hingga beliau membiarkanku
     terlalu lama berdiri saja sambil tertunduk. Mungkin karena aku
     anak seorang bupati atau mungkin juga bentuk persetujuan
     beliau terhadap sikap Ito yang enggan bicara padaku lagi.
             "Nak, datanglah kemari lagi esok. Bantu bapak untuk
     membuat Ito kembali bersemangat. Paling tidak membuatnya
     meninggalkan kamarnya barang satu jam saja,"  Ayah Ito
     menepuk bahuku pelan. Rasanya membanggakan sekali saat
     bahuku ditepuk seperti sekarang ini oleh seorang pria dewasa
     yang sepertinya mempunyai banyak pengalaman hidup yang
     bisa dibaginya denganku. Aku selalu berharap bahuku bisa
     ditepuk seperti sekarang ini oleh pria dewasa yang menjadi
     ayahku. Setidaknya sekali saja, saat aku berhasil lulus dari


     118
   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130