Page 18 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 18

kalinya Bu Ani meaanyaiku dengan pertanyaan \'ang sama,
          tetapi nadanya lebih rendah. Karena sudah terlanjur merasa
         takut  dahulu, aku  tidak  bisa  mengatakan apa  kebenaran
         sesungguhnya.
               Guru bimbingan konseling pun memanggil Bu Yanti
         sebagai wali kelasku. Melihat Bu Yanti, aku seperti melihatibuku
         sendiri. Beliau  adalah orang yang paling kupercaya untuk
         mendengarkan keluh-kesahku. Aku tidak kuasa untuk berkata
         bohong  pada  beliau.  Rasanya  berbicara  dengan  beliau
         membuatku merasa tenang.
               "Tara, coba ceritakan pada ibu, apa yang sebenarnya
         terjadi" tanya Bu Yanti dengan nada tegas tapi lembut. Aku
         hanya bisa diam tak ada komentar sedikit pun, sebab aku masih
         dikelilingi  oleh  guru  bimbingan  konseling.  Aku melihat
         sekelilingku lalu kutatap Bu Yanti penuh harapan. Beliau tahu
         apa yang kuinginkan. Bu Yanti pun mengajakku bicara berdua di
         ruang laboratorium Bahasa liadcnesia yang terletak di lantai dua.
              "Bu ...  barang itu  memang milik  saya, saya
         mendapatkamiya dari seorang teman. Saat itu saya sedang
         merasa pusing dengan berbagai masalah. Kemudian ada seorang
         teman yang memberi saya obat. Dia bilang itu obat sakit kepala
         biasa. Awalnya saya tida mau mencobanya, tapi karena dia
         bilang tidak apa-apa, saya pun mencoba obat tersebut. Anehnya

         ketika saya mencoba, bukamnya pusing saya hilang tapi justru
         bertambah, belum lagi rasa panas yang luar biasa. Anehnya saya
         merasa eiaak dan badan rasanya ringan sekali, sehingga saya
         ketagihan untuk mencobanya lagi."
               Aku pun menjelaskan panjang lebar pada Bu Yanti. Beliau

         Self.// KciUi   //iit/zk Sahcibcif lerdntc/.... (Jamtngatii SM.\N 1 Bawang PuAvorcjo)   11
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23