Page 21 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 21

Antologi Cerpen Reinaja

        janganbiarkan aku merana dengan kebisuan kalian.
             Aku tidak berani untuk pulang ke rumah. Aku malu dan
        takut pada ayah dan ibu yang telah memberiku uang saku dan
       juga membiayai sekolahku. Entah marah entah tidak, aku sendiri
        tidak mengetahui perasaan mereka sekarang ini. .Aku hanya bisa
        bersembunyi dan berintrospeksi diri bahwa yang kulakukan

       adalahsebuah kesalahanbesar.
             Di sini aku berandai-andai, bila saja kalian ada di sini untuk
        menghibur atau memarahiku, akan aku terima semua itu dengan
       lapang dada. Aku yakin impianku itu  tidak  akan pernah
       terwujud sebab kalian sudah terlanjur benci inempunyai teman

       sepertiaku.
             Seandainya janji yang pernah kita ucapkan dahulu tentaiig

       kebersamaan kita dalam suka dan duka masih berlaku untukku
       pasti aku tidak akan pernah menyia-nyiakannya lagi. Sudahlah
       semua itu biarlah waktu yang akan menjawab. Manusia hanya
       bisa berusaha, berdoa, dan berharap. Itu juga yang kujalani saat

       ini.
             Waktu terus berjalan seperti air sungai yang terus mengalir
       tiada  henti. Seiring  berjalannya  waktu tersebut aku mulai
       merasakan kalau bertambah hari aku mengalami perubahan
       yang teramat drastis. Sepertinya memori-memori dalam otak
       besarku ini perlahan sudah mulai pergi meninggalkairku sendiri
       dalam sepi. Ginjal dan jantungku sudah mulai enggan untuk
       bekerja. Tapi, itu belum menjadi sebuah kekalahan bagiku. Aku
       akan terus menapaki jalan ini, aku akan tetap melihat senyum
       kalian walaupun dari kejauhan.
            Oh iya      beberapa hari ini aku tahu kalau ternyata ayah


       14
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26