Page 29 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 29

Antologi Cerpen Remaja

              "Cowokku ngnjakin nonton pementasan teater. Ikut, ya?
        Toh kamu juga udah kenal cowokku," bujuk gadis itu. Juli

        naengernyit.
              "Cowokmu?"
              "lya. Satu sekolahan sama kamu. Malnh katanya sering
        menyapa kamu meski katanya  kamu nggak  pernah  negur

       duluaia."
              "Ega?" duga Juli was-was. Dan tiba-tiba dadanya terasa
       nyeri ketika kepala di hadapannya mengangguk disertai binar
        mata. Terlebih ketika sebuah mobil berhenti di depan pagar
       rumah dan pengemudinya turun.
              Juli  pa tab  hati. Karenanya ia  merutuki langit yang
       membiarkan  matahari begitaj  garang  memanggang kepala.
       Karenanya ia tak suka melihat senyum dan keceriaan di wajah
       orang-orang  yang terasa  seperti  tengah  mengolok-oloknya.
       Karena patah hati, keceriaan pun terasa menyakitkan.
              "Itu resiko jatuh cinta, Jul. But life still goes ou!"
              Gampang bagi Mira untuk berbicara seperti itu. Karena
       gadis itu  tidak  merasakan bagaimana harapan dan mimpi
       indahnya kandas begitu saja oleh kenyataan. Tapi Juli merasakan
       sakit, jauh di relung hatinya yang terdalam.
              Juli  menyeka keringat  yang bergulir  di  dahinya.
       Perciknya mengenai ujung matanya. Perih. Langkahnya siang ini
       tidak seringan hari kemarin ketika menggenggam asa penuh
       cinta.
              Cinta..., pufl/i!
              "Akhh...!" jeritanpanjang Julimemekakkan telinga.
              Tiba-tiba  sebuah  mobil Nissan  Terrano  mengerem


       22
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34