Page 35 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 35

Antologi Cerpen Remaja

               "Untuk moncintaimu pun aku mau. Tapi harus kamu
        tahu, jika cinta itu hadir, akan ada Ria di antara kita. Aku bisa saja
        meninggalkannya tapi untuk melukainya aku tak akan pernah

        bisa."
               Kali ini Juli menangis. Meski ia tak meiihat, dia yakin
        untuk mengucapkankalimatitu Ivansangatterpaksa.
              "Sejujurn)'a  aku  pun  niendntaimu. Tapi cinta  itu
       kebutuhan jiwa, bagaimana inungkin  kau inencintaiku jika

       kamu tak pernah membutuhkanku."
               Bisu kemudian, lama sekali. Hati Ivan terserang panik
       mendengar pengakuan cinta Juli. Sungguh hal yang mustahil
       baginya melupakan Ria yang baru kemarin menerima cintanya.
       Padahal perjuangan untuk memiliki Ria butuh waktu yang

       panjang.
              "Oh, Tuhan, takdirkah ini?" desis batinya. Tak bisa
       dipungkirinj'a, perih  itu  selalu  datang  mengiris setiap

       membayangkan dia menghianati Ria. Dia bisa saja lari dari Juli
       sekarang juga demi menyelamatkan cintanya pada Ria. Tapi dia
       juga yakin, pelarian itu tak juga mungkin mengobati perih yang

       kini melukainya. Dia yang menuliskan takdir hitam itu dan
       sungguh pengecut untuk lari dari tangguiig jawab.
              "Beri aku waktu untuk menjelaskannya pada Ria," putus
       Ivan kemudian.
              Hati kecil Ivan tak pernah bisa meiihat air mata Juli. Harus
       diakuinya, takdir hitam Juli adalah bagian dari takdirnya. Dia
       menyerah pada takdir, mengalah pasrah.
              "Nggak usah memaksakan hati, Ivan!"
              "Takdir yang memaksa kita untuk bersatu, Jul!"


       28
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40