Page 122 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 122
Tuanku Barapi dari Canduang
Tuanku Padang Lua dari Banuhampu
Tuanka Ladang Laweh dari Banuhampu
Tuanku Galuang dari Sungaipua
Tuanku Biaro dari Biaro
Tuaku Kapau dari Kapau
Melihat kondisi Islam di Minangkabau yang jauh
menyimpang dari Qur’an dan Sunnah, maka Harimau Nan
Salapan bersepakat untuk melakukan Reformasi Agama
(tajdid). Ide ini terprogram dan mulai berdakwah keseantero
ranah Minang. Akan tetapi gerakan yang kemudian bernama
PADERI ini mendapat tantangan dari pemuka-pemuka Adat
ortodoks. Atas dukungan kerabat Istana. Pagaruyung mereka
menyusun kekuatan untuk melawan. Aktivitas gerakan Paderi
diteror dan mulailah terjadi bentrokan fisik. Persengketaan ini
semakin masif dan meluas. Kaum Adat dan otoritas
Pagaruyung merasa terancam dengan kehadiran Paderi,
kemudian mereka minta bantuan kepada Kolonial Belanda.
2. Perang Paderi
Ada yang menganalogikan ini perang “Hitam-Putih”. Kaum
Adat berpakaian hitam- hitam lambang kegelapan dan Paderi
memakai putih-putih lambang pencerahan, Disebabkan
perlengkapan dan logistik Paderi lebih baik ditambah dengan
motivasi Jihad fi sabilillah yang tak dipunyai Kaum Hitam,
akhirnya pertempuran tak seimbang ini nyaris dimenangkan
orang Paderi.
Melihat kondisi yang tak menguntungkan ini, atas ide
Kerajaan Pagaruyung, kaum Hitam mintak beking kepada
Belanda. Maka diberangkatkanlah beberapa orang Ninik
Mamak dari berbagai Nagari ke Pesisir Selatan untuk
menghadap petinggi VOC (Maskapai Dagang Belanda) dipulau
Menyingkap Wajah 93
Minangkabau
Paparan Adat dan
Budaya