Page 148 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 148
di Sungai Batang dan memang bergelar Adat Datuk Indomo.
Maka tak ada masalah antara suku dan nasab.
Orang Minangkabau bersuku kepada Ibu bernasab kepada
Ayah. Tak pernah diberitakan Tambo yang dianggap sebagai
sejarah tidak juga dituturkan orang tua-tua, mengapa nenek
moyang orang Minangkabau memilih garis kesukuan dari Ibu
bukan dari Ayah. Pasti punya alasan, tapi kita tidak tahu. Nah,
untuk mencaritanu, apa salahnya generasi dibelakang
membuat analisa tentang teka-teki itu. Memang pernah ada
cerita dongeng yang tidak bisa dipertanggungjawabkan
sebagai keterangan ilmiah. Katanya begini:
“Pada suatu kali Dt. Katumanggungan dan Dt. Parpatiah
Nan Sabatang naik perahu bersama anak-anak dan
kemenakan-kemenakannya. Tiba-tiba perahu mereka kandas
di tengah sungai. Para kemenakannya berhamburan
menyelamatkan perahu, sedangkan anak-anak kandung
mereka, tidak seorang pun yang peduli. Setelah melanjutkan
pelayaran, Datuk yang berdua menyatakan bahwa pewaris
harta pusaka jatuh kepada kemenakan bukan kepada anak.
Selanjutnya, keturunan pun dilanjutkan kemenakan.” Alasan
ini terkesan sepele yang sulit diterima akal sehat. Untuk itu
timbullah beberapa perkiraan, barang kali bisa menyingkap
tabir asap yang menyelemutinya. Ini bengkalai sejarah. Maka
sekedar pemancing “para pakar turun gunung”, akan dibincang
sebagai calak-calak ganti asah, mananti tukang alun tibo.
Bahwa paling kurang ada tiga perkiraan diturunkan untuk
perbandingan, kiranya dapat menjadi bahan pertimbangan:
1. Refleksi Cinta
Siapapun tahu kalau hubungan antara Ibu dan anak ada
keakraban manunggal secara alami. Dua jasad terpisah di alam
nyata, menyatu di alam maya. Inilah Sunatullah, suatu bentuk
Menyingkap Wajah 119
Minangkabau
Paparan Adat dan
Budaya