Page 154 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 154
Jawab : Anda tahu bermain catur? Disaat pion sudah
berada digaris terdepan, fungsingya naik menjadi Raja.
Sekarang ada Raja baru, permainan lanjut. Silahkan tangkap
Sukarno, toh ada Syafruddin Prawiranegara presiden
pengganti. Tak masalah Jakarta dan Yogyakarta diduduki, ibu
kota RI pindah ke Bukittinggi.
Tanya : Siapa pion yang tak pernah bergerak mundur itu ?
Jawab : Dia bernama PDRI, Pemerintah Darurat Republik
Indonesia. PDRI jadi “Juru Selamat” NKRI. Kalau bukan dia,
bayi Republik itu sudah almarhum. Akhirnya pada 27
Desember Kedaulantan kita dapat direbut kembali.
Tanya : Kalau begitu, Pemerintah pusat patut sekali
mempertimbangkan tuntutan Sumatera Barat menjadi Daerah
Istimewa.
Jawab : Ia, kalau diperjuangkan.
C. LEMBAGA PENDIDIKAN SURAU
Benar juga kata pepatah bahwa sakali aia gadang, sakali
tapian barubah. Dengan terjadinya “galodo politik” PRRI yang
orang kampung menyebutnya peri-peri pada menjelang dan
awal 1960, maka lekukan-lekukan budaya Minangkabau
menjadi tergusur. Hampir semua tatanan kehidupan
masyarakat mengalami degradasi nilai. Antara lain punahnya
rasa kebersamaan, ikatan dan simpul-simpul silaturahim
menjadi longgar, sopan santun sebagai barang mewah. Dan last
but not least SURAU kehilangan fungsi.
Apa itu surau? Surau adalah Mushalla, ada juga yang
menyebutnya Langgar artinya tempat bershalat. Sama dengan
Masjid yang berarti tempat bersujud. Beda antara keduanya
adalah: Kalau Masjid dapat dipakai untuk bershalat Jumat
sedangkan Mushalla tidak. Betapapun kecil dan sederhananya
Menyingkap Wajah 125
Minangkabau
Paparan Adat dan
Budaya