Page 163 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 163
camping diamuk badai, derita tiada tara sampai jantungnya
terjulur namun niat berbuah sampai juga.
Setelah masak menguning sekujur tandan, burung-burung
berdatangan, musang pesta pora, tupai tak mau kalah. Setelah
buah usai tinggalah tandan, dia pun kering keropos lalu
condong terkulai layu kemudian rubuh ke bumi. Tugasnya
selesai. Dia mati tanpa dibunuh, mati takkan kembali lagi,
sampai kelak anak cucunya melanjutkan. Seperti sabda
Rasulullah: “Khairunnas Yanfa’u Linnas” (sebaik-baiknya
manusia adalah manusia yang memberi manfaat bagi manusia
lainnya)
c. Beringin
Kalau Bambu tumbuh dijurang, beringin memilih tanah
lapang. Batangnya kokoh anggun berwibawa, berdaun rindang
dengan cabang silang siuran. Tampak dikejauhan bagaikan
payung raksasa tempat berlindung. Dialah tumpuan musafir
ingin singgah melepas lelah. Di bawahnya terhampar rumput
hijau lembut dan sejuk, nuansa damai idaman si gembala
penggiring ternak. Maha suci Allah yang telah menciptakan
buah beringin kecil makanan burung.
Itulah pengaman rasa was-was kena timpa.
Pantaslah orang mengidolakannya sebagai ambang
persatuan dan perlindungan. Kiranya demikianlah daulat
pemimpin panutan rakyat. Tempat berteduh kehujanan
bernaung diterik panas. Menolong tak harap balas, adilnya tak
pilih kasih. Ingin menjadi pemimpin teladan? Contohlah
beringin!
4. Berguru dari Benda Mati
a. Laut dan Langit
134
Yus Dt. Parpatih