Page 164 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 164
Para pelaut tempo dulu melalang buana di samudra luas
tak terhingga. Menyambung nyawa menantang badai. Tak
perduli ombak gelombang topan mengamuk, layar tetap
terkembang menuju ranah tanah tepi. Sebelum ditemukannya
Kompas penentu arah mereka melaut dengan bantuan alam.
Ada tanda-tanda di langit yang tak pernah mungkir. Diantara
taburan bintang tak terhitung, ada beberapa bintang yang
diyakini sebagai pemandu. Utara selatan timur dan barat dapat
dipastikan dari posissi bintang tertentu. Ada bintang sinyal
cuaca, isyarat angin atau hujan, ada juga bintang yang tiba-tiba
muncul kemudian hilang. Pertanda apa itu? Hanya nakhoda
berpengalaman saja yang tahu. Dalam perjalanan hidup yang
panjang, pada hakikatnya kita dalam pengembaraan penuh
tantangan. Beragam teori dan filsafat menawarkan
kebahagaiaan, hanya satu saja pedoman yang takkan mungkir,
yaitu janji Allah. Kesanalah Kita berlayar.
a. Air
Air adalah sumber kehidupan. tanpa air semua makhluk
akan mati. Zat air itu suci lagi mensucikan. Sifatnya mengalir
mencari tempat yang lebih rendah. Apabila ia terkurung tanpa
aliran, air tergenang membusuk tak berguna malah berubah
dari manfaat menjadi sumber penyakit.
Demikian juga halnya dengan benda-benda langit bintang
gemintang. Mereka bergantungan di cakrawala karena selalu
berputar dirotasinya sembari mengelilingi bumi dan matahari
yang juga berputar. Tanpa pergerakan itu datanglah kiamat
akhir dari segalanya. Maka seyogyanyalah fenomena alam itu
menjadi renungan untuk disimpulkan. Bahwa tanpa aktivitas,
fisik dan mental akan binasa. Badan berhenti bergerak akan
lumpuh, otak berhenti berfikir akan pikun. Itulah
Menyingkap Wajah 135
Minangkabau
Paparan Adat dan
Budaya