Page 304 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 304
PBS : Terimakasih atas jasa Uda. Kalau tak ditolong
mungkin saya sudah tenggelam..
(sedih). Tapi bagaimana dengan keluargaku?.
CMT : Kita berdoa saja mudah-mudahan mereka selamat.
Tapi siapa nama Ayahnya?
PBS : Orang-orang memanggilnya Tuanku Rajo Mudo.
CMT : Rajo Mudo?? (kaget). Belahannya Raja Pagaruyung?
PBS : Kata Ayah begitu..
CMT : Jadi.... adik ini Puti Bunsu?
PBS : Ya, betul.... Uda kok tahu nama saya?
CMT : Ayo kita pergi perjalanan masih jauh.
PBS : Pergi kemana?
CMT : Ke rumah awak. Nantik kita cerita panjang.
Puti Bunsu dinaikkan ke punggung Gumarang, Cindua
Mato duduk di belakang. Si Gumarang berlari kencang. Tak
disangka dia bisa menggandeng si Binuang di samping kiri.
Rupanya si gagah perkasa ini lari mendongkak-dongkak saking
gembiranya karena gagal dibantai jadi gulai randang. Besok
petang mereka selamat sampai Padang Gantiang. Puti Bunsu
dititipkan kepada Tuan Kadhi, lalu Cindua Mato langsuang ke
Istana Pagaruyuang.
4. Sidang Pengadilan
Pagi itu Cindua Mato disuruh menghadap ke ruang sidang
Pengadilan. Disitu sudah menunggu Raja Tigo Selo, Raja Alam,
Raja Adat dan Raja Ibadat. Dihadapannya sudah duduk
khidmat terdakwa Cindua Mato. Juga dihadirkan Puti Bunsu
sebagai saksi. Ratu Bundo Kandung membuka sidang dengan
perkara tuduhan atas Cindua Mato telah melakukan kejahatan
melanggar hukum Adat dan Syarak. Dia membawa anak gadis
Menyingkap Wajah 275
Minangkabau
Paparan Adat dan
Budaya