Page 317 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 317

Sesuai  hari  yang  ditetapkan,  subuh-subuh  Cindua  Mato

                  sudah  bangun.  Mandi  sarapan  bersiap  kelapangan  samping
                  istana,  disitu  arena  yang  ditetapkan  Raja...  Dengan  penuh

                  percaya  diri,  Cindua  Mato  melangkah  ke  gelanggang.  Disitu

                  sudah menunggu beberapa pengawal, mereka siaga di tempat
                  yang  sudah  diatur.  Dada  Cindua  Mato  berdegup.  Menunggu

                  kedatangan musuh. Ini dia, beliau datang, Dengan muka angker
                  dan mata tajam beliau langsung ke tengah arena.  Dia ambil

                  posisi  agak  ke  sudut  kanan.  Cindua  Mato  diseberangnya.

                  Kelihatan dari sikapnya bahwa Raja sudah siap tempur. Begitu
                  juga  dengan  Cindua  Mato  matanya  tak  berkedip  mengkaji

                  gerakan lawan..

                        Sekarang Raja segera menyatukan kedua telapak tangan,
                  membawa  ke  dada  kemudian  merentang  ke  arah  lawan.  Itu

                  isyarat  bahwa  permainan  akan  dimulai.  Menyimak  langkah

                  awalnya jurus beliau jurus Sitaralak. Cindua Mato siap dengan
                  “Silek Harimau”. Simak, apa yang terjadi selanjutnya...

                        Setelah  pemanasan  sebantar,  Raja  menyerang  dengan

                  tendangan maut. Bumi seakan bergetar. Sedikit Cindua Mato
                  berkelit, kaki itu mendesing ditelinganya. Gerakan berikutnya

                  sudah dibaca Cindua Mato. Raja bergerak menyapu lawan ke

                  arah  bawah.  Cindua  Mato  melanting,  secepat  kilat  sudah
                  berada di belakang Raja sambil menghantam rusuk, meleset.

                  Raja cepat membalikkan badan diikuti gerakan menghantam
                  kepala. Cindua Mato melantai ke tanah sembari menendang

                  bokong lawan.

                        Raja terkejut!! Dengan garang Raja cepat merubah posisi.
                  Sekarang mereka berhadapan Cindua Mato dikungkung oleh

                  kedua tangannya lantas lututnya menghunjam perut. Cindua

                  Mato tersengal tapi cepat melepaskan diri. Seterusnya mereka
                  bergulingan ditanah. Gantian menindih dan mengunci. Lama








                       288
                                  Yus Dt. Parpatih
   312   313   314   315   316   317   318   319   320   321   322