Page 318 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 318
juga kedua pendekar ini saling menunjukkan kehebatan teknik
masing-masing.
Pada satu posisi duduk, dari belakang Raja mengunci leher
Cindua Mato dengan kedua tangannya, sehingga sitawanan ini
sulit bernafas, dicekik habis sekuat tenaga. Dalam keadaan
darurat itulah Cindua Mato menggapai keris di pinggangnya.
“Syyut... dia menghunjamkan keris ke arah belakang, tepat
mengenai dada Raja. Dia melenguh, matanya terbelalak.
Kunciannya merenggang dan beliau terkulai rubuh ketanah.
Raja Tiang Bungkuk mati oleh kerisnya sendiri, akibat
keampuhan ilmu “siriah tanyo” dari anak Selamat Panjang
Gombak.
Menyaksikan peristiwa diluar dugaan itu, semua pengawal
dan beberapa kerabat istana lainnya mematung tanpa reaksi
apa-apa. Apakah itu rekayasa Cindua Mato dengan ilmunya
atau memang ketidak percayaannya Raja mereka bisa kalah
dan mati entahlah!. Yang pasti sesuai ikrar Cindua Mato bahwa
dia harus “menang dan hidup”. Sekarang tekadnya dibayar
lunas.
Berita selanjutnya, Cindua Mato dinobatkan menjadi
pengganti Raja Tiang Bungkuak. Dia memerintah entah sampai
kapan, tak ada KABA mengabarkan. Bagaimana dengan Putra
Mahkota Imbang Jayo? Entahlah.
Menyingkap Wajah 289
Minangkabau
Paparan Adat dan
Budaya