Page 77 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 77
yang dilingkarinya tetap bak semula tidak berubah. Akan tetapi
manakala dengan kehadiran banjir, air telah mudik dari muara
kehulu, itu berarti perubahan nilai. Makanya, memahami
pepatah harus dengan nalar dan kearifan. Itulah rahasia
komunikasi Minangkabau, Kato Bakiyeh Rundiang Bamisa.
5. Adat Melecehkan Agama?
“Ada ucapan sinis sebuah pepatah: Syarak Batilanjang Adat
Basisampiang sebutan “bertelanjang” itu ujaran kebencian
seolah agama tidak beradab, sedangkan narasi “basisampiang”
menggambarkan adat berbudaya. Ini jelas perbandingan hitam
putih yang sengaja memposisikan agama dibawah telapak kaki
adat. Satu bentuk penistaan yang tidak dapat dimanfaatkan.
Bagaimana mungkin orang Minang yang katanya masyarakat
agamis begitu lancang merendahkan agama islam. Pada hal
Islam itu tinggi, tidak ada yang lebih tinggi dari Islam (Al Islam
Ya’lu, wala Yulaa’laihi)
Bandingan
Na’uzubillah, ini salah kaprah! Ini diperlu diluruskan agar
tidak mengundangn fitnah. Batilanjang artinya terbuka, tidak
satupun benda menutupinya. Sedangkan Basusampiang
maknanya tersamar, tersembunyi, itulah penggambaran beda
wujud antara dua ajaran bumi dan langit itu. Siapapun yang
mengutip satu pepatah minang seyogyanya paham makna
dibalik kata. Tanpa menangkap arti kiasannya akan
menyebabkan salah tafsir, salah tafsir artinya menyesatkan.
Adapun maksud bertelanjang disini adalah “transparan”
kasat mata. Bahwa ajaran Islam itu kongkrit. Kalau dalilnya
Qur-an, jelas suratnya apa, ayat ke berapa, turunnya dimana,
azbabulnuzul-nya bagaimana. Bila sandarannya Hadist, tahu
48
Yus Dt. Parpatih