Page 28 - Buku 9
P. 28

PNPM, tetapi intervensi elite terhadap PNPM tidak bisa di-
            hindari. Penyelenggaraan musyawarah desa, pembentukan
            Tim Pengelola Kegiatan Desa (TPKD), penyusunan program
            sampai dengan alokasi dana tidak lepas dari campur tangan
            kepala desa. Tindakan kepala desa ini memang beralasan.
            Para kepala  desa  mengatakan bahwa  dirinya adalah pen-
            anggungjawab seluruh apa yang terjadi di desa, dan tidak
            mungkin penguasa  desa  itu  hanya menjadi penonton  pa-
            sif. Mungkin terlalu dini untuk mengatakan bahwa tinda-
            kan kepala desa ini sebagai bentuk penyerobotan (capture),
            tetapi  setidaknya  kepala  desa  melakukan tindakan politik
            sebagai siasat lokal yang mengarahkan dana PNPM untuk
            mendukung perencanaan desa yang telah dibangun.

               Kepala  desa  berkepentingan dalam membentuk  TPKD
            dan kelompok-kelompok penerima manfaat program. Satu
            hal yang kasat mata, TPKD ditentukan dalam musyawarah
            dengan cara  memilih orang-orang yang sudah biasa keli-
            hatan aktif dalam berbagai kegiatan sosial di desa. Kepala
            desa tidak mau bertaruh dengan kegagalan jika memberi-
            kan  kepercayaan pada orang-orang  baru  untuk mengurus
            BLM. Tetapi tidak semua kepala desa bertindak seperti itu.
            Ada juga laporan tentang tindakan pembentukan TPKD dan
            kelompok yang  dilakukan secara tidak transparan karena
            kepentingan pribadi pada elite desa.
               BLM selalu menghadapi dilema dalam membentuk dan
            merawat kelompok. BLM tidak mengakui dan menggu-
            nakan  institusi lokal yang sudah ada,  tetapi  membentuk
            kelompok-kelompok baru mulai dari Tim Pengelola Kegia-



            IDE, MISI DAN SEMANGAT UU DESA                          27
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33