Page 29 - Buku 9
P. 29
tan Desa (TPKD) sampai kelompok-kelompok kecil. Kelom-
pok-kelompok ad hoc perlu dibentuk BLM sebagai saluran
dana sekaligus sebagai tempat untuk belajar dan bekerjasa-
ma untuk mencapai tujuan bersama. Tetapi pembentukan
kelompok baru ini termasuk dalam kategori pendekatan im-
posisi yang tidak melakukan rekognisi atas institusi-institu-
si lokal yang sudah ada.
Kelompok-kelompok ad hoc itu adalah institusi yang
prematur. Model pendekatan kelompok dalam pemberian
bantuan mencerminkan sebuah imposisi (dipaksakan) se-
cara instan, sehingga pembentukan kelompok dilakukan
bukan berdasar pada emansipasi lokal, tetapi karena ditun-
tut kepentingan untuk memperoleh dana BLM. Sepanjang
program dan uang masih berjalan, kelompok-kelompok
itu akan tetap terpelihara. Tetapi kalau program dan uang
sudah tidak ada, maka kelompok-kelompok itu akan mati
dengan sendirinya, sebagaimana kelompok-kelompok yang
dibentuk oleh berbagai kementerian pada masa lalu. Seti-
ap program selalu meninggalkan dan menitipkan kelompok
kepada desa. Bagi kepala desa, hal itu adalah beban. Kepa-
la desa biasa bertindak sebagai orang tua asuh atas kelom-
pok-kelompok ad hoc bentukan pemerintah. Kalau desa
mampu, maka kelompok itu akan dirawat, tetapi kalau desa
tidak mampu maka kelompok itu dibiarkan mati dengan
sendirinya.
BLM selalu mengandung dilema ketika berhadapan den-
gan orang miskin. Di satu sisi dana PNPM maupun PUAP
dimaksudkan untuk mengentaskan orang miskin, tetapi di
28 REGULASI BARU,DESA BARU