Page 32 - Buku 9
P. 32

dation:  “Ford Foundation tidak berkepentingan dengan
            otonomi desa karena desa itu hanya unit administratif dan
            cenderung bias kepala desa”.
               Jawaban atas pertanyaan itu pada tahun-tahun silam leb-
            ih bersifat teoretis-preskriptif ketimbang jawaban yang ber-
            sifat empirik. Jawaban saya dan Dr. Mohctar Naim (anggota
            DPD 2004-2009) sama sebangun, yakni desa bukan sebagai
            kampung halaman atau unit administratif, tetapi yang leb-
            ih hakiki, desa merupakan basis penghidupan masyarakat
            (basis politik pemerintahan,  basis sosial, basis ekonomi,
            basis budaya dan basis keamanan-ketahanan). Prof. Sadu
            Wasistiono berulang kali juga menegaskan bahwa desa ada-
            lah basis kehidupan dan penghidupan.

               Hakekat desa sebagai basis kehidupan dan penghidupan
            itu ditemukan dalam lintasan sejarah. Banyak cerita yang
            memberikan bukti bahwa desa bermakna dan bermanfaat
            bagi warga dan republik. Buku Soetardjo Kartohadikoesoe-
            mo (1954) telah banyak membeberkan peran dan manfaat
            desa bagi banyak orang di masa lalu, seperti menjaga kea-
            manan desa, mengelola persawahan dan irigasi, penyelesa-
            ian sengketa, pendirian sekolah-sekolah rakyat dan sekolah
            dasar, dan masih banyak lagi. Dr. Imam Prasodjo, sosiolog
            UI, pernah memberikan pengakuan memperoleh  pendi-
            dikan dasar di SD yag didirikan oleh desa di Banjarnegara.

               Dalam hal hukum dan keadilan, studi Bank Dunia menun-
            jukkan bahwa masyarakat lebih banyak memilih kepala desa
            (42 persen) dan tokoh masyarakat (35 persen) ketimbang
            pengadilan  (4 persen)  dalam menyelesaikan masalahnya


            IDE, MISI DAN SEMANGAT UU DESA                          31
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37