Page 286 - 5f871381b4cd9c6426e115cd17c3ac43
P. 286
262 | Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia 2014
dasawarsa (1990–2010), perubahan hutan sangat cepat dan berdampak pada menu-
menjadi penggunaan lahan lain seperti lahan runnya luasan habitat dan meningkatnya
perkebunan sawit/karet/HTI terjadi dengan fragmentasi di lapangan (Gambar 133).
Foto: ZSL-PHKA/2012
Gambar 133. Fragmentasi hutan di Sumatra
PENGARUH FRAGMENTASI HUTAN DAN UPAYA KONSERVASI MELALUI KONEKTIVITAS HABITAT
Lanskap Dangku yang berada di Sumatra Selatan merupakan salah satu habitat penting bagi
beberapa satwa yang dilindungi, seperti harimau sumatra, tapir, beruang madu, dan rusa sambar.
Perubahan lahan yang terjadi dari akhir tahun 1990 sampai saat ini berdampak pada fragmentasi habitat
penting, khususnya bagi mamalia besar. Dari sekitar 300.000 ha lanskap, 70% wilayah ini digunakan
sebagai lahan produksi kehutanan (HTI), perkebunan sawit, pertambangan dan minyak gas. Adanya
tekanan dan ancaman pada wilayah inti konservasi tidak bisa menjamin kelestarian mamalia besar
dalam jangka panjang. Melalui satu forum lanskap Dangku yang didukung oleh BKSDA dan Dinas
Kehutanan Provinsi Sumatra Selatan serta beberapa perusahaan, di dalam lanskap dibuat rencana
untuk membuat konektivitas antarwilayah habitat ini.
Melalui Peraturan Pemerintah Kementerian Kehutanan, diwajibkan setiap perusahaan HTI untuk
memliki paling tidak 10% dari area konsesi sebagai wilayah hutan dan dipadukan dengan area bernilai
konservasi tinggi atau High Conservation Value (HCV). Selain itu, diupayakan pengaturan penggunaan
jalan untuk askes dari sistem operasi pertambangan dan minyak gas untuk upaya konektivitas jalur
pergerakan mamalia besar, khususnya harimau sumatra. Tujuan ini sebagai upaya pelestarian serta
memadukan upaya pembangunan dan konservasi alam dalam jangka panjang yang akan bermanfaat
bagi semua pihak.