Page 287 - 5f871381b4cd9c6426e115cd17c3ac43
P. 287

Perlindungan dan Penyelamatan Keanekaragaman Hayati | 263


                Konflik antara manusia-harimau (KMH)      masyarakat yang masih bergantung pada
            (Gambar 134) disebabkan oleh faktor pakan     kondisi alam dengan tingkat pendapatan dan
            dan ruang. Aktivitas perburuan satwa mangsa   pendidikan rendah dan memandang satwa
            harimau sangat memengaruhi ketersediaan       liar masih dapat dipergunakan sebagai sum-
            pakan bagi harimau. Sementara itu, konversi   ber keuangan dalam memenuhi kebutuhan
            hutan  menjadi  pemukiman,  perkebunan,       hidup. Kemudian muncul inisiatif dengan
            pertambangan, dan jaringan jalan telah        melakukan perlindungan satwa penting ini
            mempersempit habitat yang dapat dihuni        dengan pendekatan agama. Mengingat lebih
            harimau. Dari data yang dirangkum oleh        dari 80% masyarakat Indonesia beragama
            Kementerian Kehutanan, Forum Harimau          Islam maka melalui inisiatif para pihak, Ke-
            Kita, WCS, WWF, dan LIF, setidaknya dari      menterian Kehutanan melalui Dirjen PHKA
            tahun 2001 sampai dengan 2011 tercatat 680    berkerja sama dengan Majelis Ulama Islam
            KMH yang terjadi di Sumatra.                  (MUI), Forum Harimau Kita, dan beberapa
                                                          LSM, maka MUI telah mengeluarkan Fatwa
                 Walau berbagai peraturan perlindungan
            satwa sudah diterbitkan dan forum konservasi   No. 4 Tahun 2014. Fatwa ini melarang untuk
            sudah banyak dilakukan, upaya perlindungan    memburu, menyakiti satwa langka, dan di-
            satwa di Indonesia cenderung belum mem-       harapkan memberikan dampak positif dalam
            berikan dampak yang sangat nyata. Banyak      perlindungan satwa penting dan hampir
                                                          punah.





                        SMART PATROL UNTUK PERLINDUNGAN SATWA DAN HABITAT PENTING

              Spatial Monitoring and Reporting Tool (SMART) Patrol adalah sistem pengelolaan kawasan konservasi
              dan jenis berbasis spasial/keruangan. Cara kerja sistem ini adalah dengan menggabungkan antara
              berbagai komponen patroli dan teknologi; mempermudah proses tabulasi data patroli, evaluasi, dan
              pelaporan yang bermanfaat pada pengelolaan wilayah konservasi; mempermudah proses penegakan
              hukum; dan memperkaya habitat dan jenis yang dilindungi. Selain itu, sistem dan software ini lebih
              mudah karena bisa digunakan oleh semua pihak dan untuk kepentingan bersama.
              SMART patrol ini sudah digunakan oleh PHKA atas kerja sama dengan beberapa LSM dan Forum
              Harimau Kita di beberapa Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)
              seperti TN Leuser yang bekerja sama dengan WCS, Ulu-Masen bekerja sama dengan BKSDA Aceh
              dan FFI, TN Tesonilo bekerja sama dengan WWF, TN Bukit Tiga Puluh bekerja sama dengan FZS, TN
              Berbak-TN Sembilang-SM Dangku bekerja sama dengan ZSL. Begitu pula sistem dan perangkat lunak
              ini telah diadopsi oleh beberapa perusahaan sawit untuk pengelolaan High Conservation Value (HCV)
              atau wilayah yang memiliki nilai konservasi tinggi, baik untuk database patroli maupun pengelolaan/
              perlindungan habitat dan satwa penting.


























            Sumber: Wahyudi & Willianto 2014, in press
            Gambar 134. Peta sebaran KMH di Sumatra dan pola intensitas konflik
   282   283   284   285   286   287   288   289   290   291   292