Page 295 - 5f871381b4cd9c6426e115cd17c3ac43
P. 295
Perlindungan dan Penyelamatan Keanekaragaman Hayati | 271
atraksi, potensi penyakit ini semakin besar. 2006). Kasus-kasus zoonosis sebagian besar
Penyakit yang pada mulanya hanya terjadi terjadi pada waktu dan lokasi yang terbatas.
di hewan atau satwa dan manusia dapat Pada dua dekade ini kasus zoonosis flu bu-
berkembang dan saling menulari atau disebut rung atau avian influenza yang bersumber
zoonosis. Zoonosis ini memiliki potensi untuk pada virus H5N1 menimbulkan efek sosial
menjadi bencana biologi. ekonomi yang demikian besar.
Flu burung disebabkan oleh penularan
10.6 Potensi Zoonosis virus Orthomyxovirus type A yang dibawa oleh
Zoonosis menjadi ancaman baru bagi burung liar dan unggas. Virus flu burung
kesehatan masyarakat dunia dan saat ini ini memiliki berbagai subtipe yang dibe-
diperkirakan 75% penyakit baru terindikasi dakan menurut antigen haemaglutinin dan
sebagai zoonosis yang berakibat fatal pada neuramidase (glycoproteins) yang menye-
manusia dan satwa liar sebagai induk semang lubungi permukaan virus. Ada 16 antigen
reservoir (Sendow et al. 2013). Beberapa haemagglutinin yang berbeda (H1-H16) dan 9
penelitian menyebutkan bahwa sekitar 70% neuramidase (NA) telah dikenali dan masing-
Emerging Infectious Disease (EID) adalah zoo- masing subtipe virus dikenali lewat kombinasi
nosis dan antara 50% dan 90% kematian dari antigen tertentu yang dimilikinya, misalnya
EID ini menyerang sistem pernafasan, otak, H5N1 atau H3N2. Keseluruhan antigen
dan organ tubuh lain. Meningkatnya potensi haemagglutinin dan 9 antigen neuramidase
zoonosis ini adalah karena semakin mudah telah teridentifikasi pada burung liar (FAO
dan seringnya perpindahan manusia dan 2008). Virus flu burung bisa diklasifikasikan
satwa sehingga potensi penyebaran penyakit sebagai patogenik rendah (Low Pathogenic
ini semakin luas dan cepat. Avian Influenza–LPAI) sering disebut sebagai
flu A dan patogenik tinggi (Highly Pathogenic
Berdasarkan reservoir utamanya, zoo- Avian Influenza-HPAI) tergantung tingkat
nosis dapat dibagi menjadi tiga golongan, keganasannya.
yaitu antropozoonosis, amphixenosis, dan
zooanthroponosis. Antropozoonosis merupakan Flu burung yang ditimbulkan oleh virus
penyakit yang bebas berkembang biak pada patogen tinggi H5N1 terdeteksi pertama kali
satwa domestik maupun satwa liar dan ter- pada unggas domestik di China tahun 1996.
kadang manusia dapat terinfeksi serta akan Dalam perkembangannya, transmisi H5N1
menjadi titik akhir. Pada kondisi seperti ini yang bersifat zoonotik terjadi di Hongkong
manusia dinamakan dead end, seperti pada tahun 1997 dan meledak pada tahun 2003
rabies, leptospiroses, tularaemia, dan hida- pada unggas dan manusia di Thailand dan
tidosis. Amphixenosis adalah penyakit di mana Vietnam yang kemudian dalam waktu lima
manusia dan hewan merupakan reservoir tahun H5N1 telah menulari manusia pada
sebagai agen penyebab dan infeksi walapun 15 negara (Stoop et al. 2006). Indonesia me-
tanpa perantara yang lain. Zooanthroponosis miliki kasus flu burung tertinggi dengan 135
adalah penyakit yang ada pada manusia kejadian dan 110 kematian hampir tersebar
dan kadang dapat menular pada hewan/ di seluruh Indonesia. Kasus flu burung ini
satwa, misalnya tuberculosis tipe humanus, sebagian besar terjadi karena adanya interaksi
amebiasis, dan diphtheria (Lampiran 1). antara korban dan unggas yang terjangkit
atau yang mati karena H5N1 (WHO 2008,
Penyakit yang bersumber pada hewan Sedyaningsih et al. 2007).
di Indonesia saat ini sekitar 200 zoonosis
dan 25 penyakit hewan menular yang di- Kasus flu burung tidak hanya terjadi pada
anggap mengancam kesehatan masyarakat unggas namun juga burung liar, baik yang
(Kepmentan no. 4026/Kpts/OT.140/4/2013). bersifat menetap atau bermigrasi. Kasus pada
Penyakit-penyakit zoonosis yang disebarkan burung liar tercatat pertama kali di China di
oleh hewan ke manusia antara lain rabies, mana sebanyak 6.000 komunitas burung ber-
tuberculosis bovis (TBC), brucellosis, salmo- migrasi mengalami kematian pada bulan Mei
nellosis, Bovine Spongiform Encephalopathy 2005 (Lei et al. 2007). Kasus burung bermigrasi
(BSE), penyakit nipah, leptospiroses, leish- ini langsung mendapat perhatian khusus dari
maniosis, echinococcosis, anthraks, avian pemerintah, peneliti, dan pemerhati burung
influenze (AI) dan toksoplasmosis (Sumiarto Indonesia karena jalur migrasi burung terse-