Page 62 - 5f871381b4cd9c6426e115cd17c3ac43
P. 62

38 |  Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia 2014

                     terutama karena kebakaran. Proses terjadinya   terjadinya perbedaan karakteristik tanah dan
                     savana cukup lama, tetapi dapat lebih cepat   iklim setempat, meliputi suhu, presipitasi,
                     di daerah beriklim kering (Backer & van Den   kelembapan udara, kecepatan angin, dan
                     Brink 1968, van Steenis 2006). Oleh karena itu,   radiasi matahari (Richards 1996). Perbedaan
                     pembentukan savana daerah tropik dikenal      tersebut menyebabkan terjadinya perubahan
                     akibat faktor aktivitas manusia (antropoge-   komunitas tumbuhan yang pada akhirnya
                     nik). Proses pembukaan hutan dan praktik      akan memengaruhi jenis binatang yang
                     perladangan dan pertanian yang berlangsung    hidup dalam komunitas tersebut. Nilai
                     cukup lama dianggap sebagai penyebab          rata-rata perbedaan iklim bervariasi dari satu
                     utama terbentuknya savana. Walaupun           gunung dengan gunung yang lain. Gunung
                     demikian, savana juga dapat terjadi akibat    yang lebih rendah umumnya memiliki ren-
                     tekanan satwa mamalia besar, terutama         tang mintakat yang lebih sempit daripada
                     pemakan tumbuhan (herbivor) seperti rusa      gunung yang tinggi dan dikenal dengan
                     dan banteng yang terlalu padat.               istilah Massenerhebung effect atau pemadatan
                         Savana dapat berkembang, baik di daerah   efek ketinggian tempat (Whitmore 1984 dan
                     bercurah hujan tinggi (curah hujan > 200 mm/  Richard 1996). Secara garis besar, pemin-
                     bulan) maupun di daerah beriklim kering       takatan ekosistem pegunungan dapat dibagi
                     (curah hujan < 100 mm/bulan). Pada daerah     menjadi dua, yaitu pegunungan bawah dan
                     bercurah hujan tinggi savana terbentuk di     pegunungan atas. Mintakat di atas ketinggian
                     wilayah  pegunung  an  pada  ketinggian  di   3.500 m dpl dikelompokkan dalam ekosistem
                     atas 1.500 m (van Steenis 2006). Pada daerah   alpin dan sub-alpin karena karakteristiknya
                     beriklim kering seperti Nusa Tenggara dan     yang berbeda. Tipe hutan ini juga ditandai
                     Jawa bagian timur savana terbentuk sejak      oleh munculnya jenis lumut epifit, Usnea
                     dari daerah pesisir hingga pegunungan. Di     barbata pada kanopi hutannya.
                     Indonesia ekosistem savana dapat dijumpai
                     hampir di seluruh wilayah Nusantara, di
                     antaranya terdapat di Taman Nasional Ujung    1. Hutan Pegunungan Bawah
                     Kulon, Gunung Gede-Pangrango, Panganda-       Menurut Ashton (2003), batas antara hutan
                     ran, Dieng, Bromo-Tengger, Baluran, Alas      pamah dan hutan pegunungan bawah dapat
                     Purwo, Bali Barat, Komodo, dan Lorentz.       ditemukan pada ketinggian 800–1.300 m dpl,
                     Luas savana termasuk padang rumput            sedangkan menurut van Steenis & Kruseman
                     mencapai 10.275.300 ha atau mencapai 5,27%    (1950) mulai 1.000 hingga 1.500 m dpl. Batas
                     dari daratan Indonesia (Konphalindo 1994).    tersebut ditandai dengan bergantinya komuni-
                     Meskipun demikian, data mengenai luasan       tas hutan yang didominasi oleh pohon tinggi,
                     dan sebaran ekosistem savana ini secara na-   misalnya suku Fagaceae dan Lauraceae. Liana
                     sional belum tersedia. Diduga luas ekosistem   dan epifit suku Leguminosae, Rubiaceae, dan
                     savana di Indonesia akan terus bertambah      Orchidaceae masih dapat ditemukan di hutan
                     sejalan dengan kerusakan komunitas hutan      pegunungan bawah. Pegunungan bawah juga
                     alam.                                         dilaporkan memiliki tumbuhan bawah yang
                                                                   kaya jenis.

                                                                       Hutan pegunungan bawah terkadang
                     2.1.4.2 Ekosistem Pegunungan                  diberi nama mintakat Fago-Lauraceous
                     Indonesia memiliki wilayah pegunungan         karena didominasi oleh suku Fagaceae,
                     yang cukup luas dengan puncak gunung          seperti Lithocarpus, Quercus dan   Castanopsis,
                     yang aktif ataupun tidak, tetapi hanya sedikit   dan suku Lauraceae, seperti Litsea,  Neolitsea,
                     yang mencapai ketinggian di atas 3.500 m.     dan Phoebe. Suku tumbuhan lain yang dapat
                     Pegunungan yang mencapai ketinggian di        ditemukan menyusun komunitas hutan
                     atas 4.000 m hanya terdapat di Papua, yaitu   pegunungan bawah adalah  Annonaceae,
                     Pegunungan Lorentz. Sebagai contoh, di Pulau   Apocynaceae, Araceae, Asclepiadaceae,
                     Jawa, hanya sekitar 7% total luas pulau yang   Burmaniaceae,  Connaraceae,  Cucurbitaceae,
                     ketinggiannya antara 1.000–2.000 m dan tidak     Menispermaceae,  Euphorbiaceae,
                     lebih dari 0,7% yang mencapai ketinggian        Myristicaceae, Palmae, Papilionaceae, Rham-
                     di atas 2.000 m (van Steenis  et al. 2006).   naceae, Sapindaceae, Thymelaeaceae, Vitace-
                     Perbedaan ketinggian tempat menyebabkan       ae, dan Zingiberaceae. Jenis tumbuhan yang
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67