Page 141 - Alohomora - Smandel XII IPS 1
P. 141

"Lo bilang apa?? Gue pendek? Lo yang ketinggian!"
                 "Kalau  begitu,  maap  kalo  gue  ketinggian,"  canda  Takdir  dengan
           tertawa.
                 Takdir,  Meisya,  dan  Kirana  mulai  membimbing  barisan  Abraham
           Lincoln, mereka bertiga mengajak mereka ke kelas mereka.
                 Kelas sepuluh mendapati kelas di lantai empat, ketika Vania sampai di
           lantai  empat,  dia  terlihat  kelelahan  dan  sempoyongan.  Dia  membayangkan
           kalau nanti  selama  setahun membayangkan  kalau nanti  selama  setahun  akan
           naik tangga setiap harinya dan berpikir kalau berat badan dia akan turun kalau
           setiap harinya naik turun ke lantai empat.
                 Kelasnya  berada  di  samping  tangga,  Takdir  membuka  kelas  barunya.
           Vania  langsung  tertegun  dan  rasanya  ingin  menangis.  Impiannya  benar
           menjadi kenyataan, dia akan belajar di kelas ini. Vania mencoba menahan air
           matanya  dan  langsung  berjalan  masuk  ke  dalam  kelas."Tempat  duduknya
           bebas mau dimana," ucap Takdir.

                 Vania  dengan  cepat  memilih  bangku  tepat  di  depan  meja  guru  dan
           duduk  di pinggir  dekat  jendela.  Masing-masing  sudah  duduk  berpasangan  di
           tempat  duduk  pilihan  mereka,  kecuali  Vania.  Dia  belum  mendapatkan
           pasangan  tempat  duduknya  sampai  datang  seorang  perempuan  bule  cantik
           yang memikat dirinya. Perempuan itu terlibat terlambat masuk ke dalam kelas

                 Dia celingak-celinguk melihat apakah ada bangku yang masih kosong
           dan matanya berhenti setelah melihat Vania yang masih sendiri. Perempuan itu
           berjalan ke arah Vania.
                 "Boleh enggak gue duduk disini?" tanyanya.

                 "Boleh, kok. Duduk aja," jawab Vania.
                 Vania  sangat  senang  dia  bisa  duduk dengan  perempuan  cantik.  Vania
           mencoba untuk berbicara dengan perempuan bule itu.

                 "Nama kamu siapa?" tanya Vania.
                 "Namaku  Florence  Heleina,"  jawab  perempuan  itu.Nama  yang  cantik
           seperti dirinya,Seketika terlintas seperti itu dipikiran Vania, dia menggeserkan
           badannya ke hadapan perempuan itu.

                 "Namaku  Vania  Keisya,  kamu  bisa  panggil  akuKei.  Salam  kenal,
           Helen," serunya.

                 "Helen? Salken juga, Kei," jawab Helen dengan senyuman kecil.

                                                                        129
   136   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146