Page 152 - Alohomora - Smandel XII IPS 1
P. 152
Setelah menyelesaikan sarapannya, Reva langsung bergegas mengambil
tas sekolahnya dan berangkat menuju ke sekolah. "Reva, kamu serius ingin
pergi ke sekolah sendiri? Kamu kan bisa diantar oleh ayahmu atau sama Kak
Tera," tanya Ibunya sambil memberikan sebuah kotak bekal ke Reva. Reva
membalasnya dengan senyuman."lya, untuk sekali ini aja, bu. Nanti
selanjutnya aku akan pergi bareng ayah atau kak Tera. Jangan khawatir, aku
bisa jaga diriku," jawab Reva dengan tersenyum gembira. Melihat senyuman
manis anaknya, terpaksa memperbolehkan anaknya untuk pergi ke sekolah
sendiri. Walaupun di hatinya merasa dia tidak mau anaknya melakukannya
sendirian lagi.
"Aku pergi dulu," seru Reva sambil melambaikan tangannya, ibunya
menjawab dengan melambaikan tangannya juga dan tersenyum. Ibu harap
kamu baik-baik saja dan tidak terjadi apa- apa, pikir ibu Reva.
Jarak antara rumah dan Akademi Dandelions tidaklah jauh, tapi tidak
terbilang dekat juga. Jaraknya hanya 25 km dari rumah, jadi Reva memutuskan
untuk berjalan kaki naik busway menuju sekolahnya daripada di antar. Dan
lagi Akademi Dandelions menurutnya tidak terlalu jauh. Bukankah sambil
menghirup udah pagi itu bagus? Reva berjalan santai sambil menutup matanya
menikmati udara pagi. Angin yang menghembuskan rambutnya dengan pelan,
langit yang mataharinya baru terbit setengah begitu cerah. Sampai di Halte
busway, pas sekali busway arah ke sekolahnya juga sudah datang, jadi dia
langsung naik ke busway itu. Di busway itu, dia melihat banyak sekali yang
memakai seragam sekolah yang berbeda dariseragamnya. Perasaan yang dia
rasakan saat itu adalahperasaan gugup sekaligus senang, seperti
"ahh...ternyatasemenyenangkan ini" Beya duduk didekat jendela
memandangsemenyenangkan ini". Reva duduk didekat jendela, memandang
perjalanan, melewati setiap halte busway. Saking menikmati enaknya
memandang- tidak tapi melewati pagi ini, tidak terasa sudah sampai di
Akademi Dandelions.
Reva berdiri di tengah-tengah depan gerbang sekolah dan tersenyum
bahagia, "akhirnya," batin Reva. Hati Reva sangat berdegup kencang, dia
melangkah pelan-pelan, satu persatu kakinya memasuki gerbang sekolah. Hari
baru, teman baru, lingkungan baru, dan kehidupan baru, "Reva, semangat!".
Dia masuk ke dalam lobby sekolah untuk mengetahui kelas mana yang akan
dia tempati nanti.
Di lobby, tepat dia berdiri di tengah-tengah mading yang sudah
ditempelkan pembagian kelas. Tiba-tiba datang seorang perempuan yang
berdiri disampingnya. Reva menoleh sesaat ke arah perempuan itu dan kembali
memeriksa namanya. Namanya tertera di kelas X IPA 4. Setelah itu dia
menoleh kearah perempuan disampingnya.
140