Page 34 - CIA RAHMAT HIDAYAT
P. 34
T4 TIM WEINER
'' ORGANISASI YANG BENAR.BENAR KETERLALUAN''
Di'Washington, pertempuran menyangkut nasib intelijen Amerika ber-
langsung semakin sengit. Kepala Staf Gabungan berjuang keras untuk me.
nguasai dinas rahasia itu. Angkatan darat dan laut menuntut kekuasaan
mereka atas dinas itu. J. Edgar Hoover menginginkan agar FBI melakukan
spionase di seluruh dunia. Departemen Luar Negeri juga berusaha men-
dapatkan kekuasaannya. Bahkan direktur jenderal pos pun ingin ikut da-
lam perebutan kekuasaan itu.
Jenderal Magruder menggambarkan persoalan itu: "Operasi.operasi
intelijen rahasia yang diwarnai berbagai pelanggaran terhadap peraturan,"
dia menulis dalam sebuah catatan. "Terus terang, operasi-operasi seperti
itu pastilah berada di luar koridor hukum normal dan kadang-kadang ile.
gal." Dia beralasan, dengan sangat meyakinkan, bahwa Pentagon dan De-
partemen Luar Negeri tidak bisa mengambil risiko dengan menjalankan
misi-misi tersebut. Harus ada sebuah dinas rahasia baru yang mengambil
tanggung jawab itu.
Namun hampir tidak ada satu pun lagi yang tersisa untuk mengisi
posisinya. "upaya pengumpulan intelijen itu lebih-kurang jadi telantar,"
ujar Kolonel Bill Quinn, perwira pelaksana bawahan Jenderal Magruder
di Unit Dinas Strategis. Lima dari setiap enam orang veteran OSS telah
kembali ke kehidupan lama mereka. Menurut Helms, mereka meman-
dang apa yang masih tersisa dari intelijen Amerika sebagai "sebuah orga-
nisasi yang benar-benar keterlaluan dengan harapan hidup yang tak da.
pat diperkirakan, yang secara transparan dibangun asal iadi dan sambil
lalu." Jumlah mereka menyusut sebesar 10.000 dalam waktu tiga bulan,
menjadi 1.967 sampai akhir tahun 1945. Povpos di London, Paris, Roma,
'Wina,
Madrid, dan Stockholm kehilangan hampir semua perwira yang
ada. Lima belas dari 73 pos terpencil di Asia terpaksa ditutup. Pada pe.
ringatan keempat serangan atas Pearl Harbor, Allen Dulles, yang merasa
yakin bahwa Truman telah keluar dari rel dalam menjalankan intelijen
Amerika, kembali ke pekerjaannya di kantor firma hukum Sullivan and
Cromwell di New York, tempat adiknya, John Foster Dulles, menjadi sa-
lah satu rekan. Frank'Wisner mengikuti langkahnya dan kembali ke kan-
tor hukumnya sendiri di New York, Carter, Ledyard.