Page 110 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 110

Bahkan nDiwi berpendapat bahwa nasib Teweraut juga bisa jauh lebih baik karena

                        menjadi perempuan yang terpandang dan dihargai oleh masyarakatnya. Teweraut
                        bisa mengangkat derajat orang tuanya dalam masyarakat Asmat. Dalam percakapan

                        antara  Teweraut  dan  nDiwi  dapat  dinilai  bahwa  adanya  upaya  nDiwi

                        mempertahankan  martabat  dan  harga  diri  sebagai  tokoh  adat  terpandang  dalam
                        masyarakat Ewer. Sebuah upaya pemanfaatan secara politis atas hegemoni budaya

                        patriarkhi  dari  nDiwi  Desman  kepada  Teweraut.  Tindakan  nDiwi  dalam
                        menjodohkan  Teweraut  pada  Akatpits  yang  didasari  oleh  kepentingan  nDiwi,

                        makadalam analisis gender termasuk dalam  manifestasi  subordinasi  gender atas

                        budaya patriarkhi (Fakih, 2013).
                             Dalam sabdanya nDiwi menyebutkan bahwa adat  perempuan Asmat  telah

                        ditentukan peranannya di masyarakat sejak dulu. Oleh karena itu, perempuan tidak
                        perlu banyak berencana karena tugas perempuan sudah ditentukan adat  leluhur,

                        sebagaimana diutrakan nDiwi dengan teks:
                             “Kamu cuma perempuan,” suara nDiwi terdengar menggelegar sekarang.
                             Sama  keras  dengan  suara  Guntur  di  luar.  “Tidak  perlu  banyak  rencana.
                             Sejak awal leluhur kita telah menggariskan, pekerjaan perempuan itu cukup
                             untuk mengayomi keluarga, melahirkan anak, merawat dan mengasuhnya,
                             dan mencari makan yang bagus. Kamu juga sudah cukup kuberi pendidikan
                             yang  memadai.  Sebagai  bekal  dasar  pendidikan  anak-anakmu  kelak.
                             Selebihnya cukup sekolah mereka yang kelak menyempurnakan keinginanmu
                             yang bagus itu (2000, hlm. 63 – 64).”

                        Akhirnya Teweraut tak bisa berbuat apa-apa lagi selain menerima aturan-aturan

                        belenggu patriarkhi itu dari NDiwi-nya. Patriarkhi yang dialami Teweraut menurut
                        Walby (Chandraningrum, 2014), di antara enam struktur dasar patriarkhi, yakni

                        salah  satunya  bahwa  perempuan  selalu  dalam  “kerugian  budaya”  yang
                        mengglorifikasi  feminitas,  yang  mana  bila  perempuan  menolak  hal  ituia  akan

                        mengalami kerugian-kerugian budaya.

                             Pernikahan itu telah mengubah segala rencana Teweraut yang sudah ditata
                        sedemikian rupa sejak lama. Teweraut kala itu berharap Def tengah berada di Ewer.

                        Adanya Def di Ewer setidaknya bisa menahan keinginan nDiwi untuk menikahkan
                        dirinya  kepada  Akatpits.  Namun  Def  tengah  berada  jauh  darinya,  dan  harapan







                                                                                                    104
   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115