Page 112 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 112

itu  membuhul  keberuntungan  kami  bertiga.  Hal-hal  seperti  ini  kemudian
                             terulang kutemui ketika kami semua telah berkumpul di ibukota kecamatan.
                             (2000, hlm. 76 – 77).
                             Misi kebudayaan ini berlangsung selama 4 bulan, dan memberikan perubahan

                        pada pola pikir Teweraut maupun Akatpits. Mereka mulai mengenal dunia luar

                        dengan pola kehidupan yang jauh berbeda dengan kampung Asmat. Hal-hal yang
                        telah  dilihat  selama  belangsungnya  misi  kebudayaan  itu,  kian  menumbuhkan

                        idealisme di antara mereka berdua. Keinginan terbesar mereka adalah memajukan
                        masyarakat Papua sampai ke taraf hidup seperti masyarakat di Eropa dan Amerika.

                        Termasuk  pengharapan  mereka  dalam  meraih  masa  depan  yang  lebih  baik  dan
                        sejahtera bagi keluarga besar mereka dan masyarakat di kampungnnya, meskipun

                        masih besifat sumir, sebagaimanateks berikut ini.

                             Telalu banyak yang kulihat, kudengar, kubaca, dalam waktu yang cepat dan
                             singkat,  menjejalkan  kebingungan  dan  timbunan  pertanyaan  di  kepala.
                             Menggoda saling berdesakan, susul menyusu untuk ditanyakan pada Mama
                             Rin. Kapankah mungkin dibangun jalan-jalan dan gedung-gedung megah di
                             Asmat  seperti  ini?  Mungkinkah  masyarakatku  dapat  meahami  sekaligus
                             memanfaatkan secara tepat guna arti pembangunan ekonomi dalam skala
                             kepentingan nasional?...(2000, hlm. 146)

                        Dalam hal ini pula Teweraut mengalami perkembangan kejiwaan yang mengarah

                        pada  sturktur  superego  setelah  mendapat  berbagai  pengalaman  di  Eropa  dan
                        Amerika, yaitu cita-cita luhur untuk membangun kampung halamannya di Ewer.

                             Setelah kepulangn mereka dari lawatan ke negara-negara Eropa dan Amerika,

                        Teweraut dan keenam istrinya menjalani kebersamaan dengan Akatpits di kampung
                        halaman  mereka.  Namun,  hal  itu  hanya  berlangsung  selama  dua  minggu.

                        Selanjutnya Akatpits berangkat ke Merauke dalam rangka memenuhi tawaran kerja

                        di pelabuhan Merauke sebagai kepala pelabuhan. Ketika kapal rombongan misi
                        kebudayaan mendarat di Merauke dan menunggu kedatangan kapal perintis yang

                        mengangkut mereka ke Agats dua minggu kemudian. Keputusan Akatpits bekerja
                        di  pelabuhan  sebenarnya  tak  disetujui  Teweraut  yang  tengah  hamil  tiga  bulan.

                        Teweraut  sangat  membutuhkan  kehadiran  Akatpits  selama  kehamilannya
                        sebagaimana  pada  teks  pengutaraan  Teweraut  pada  Akatpits,  “Mengapa  harus








                                                                                                    106
   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117