Page 122 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 122
menebas ranting-ranting di sekitar pondokan sebagai
persiapan untuk persalinannya. Pada saat gendongan
kayu bakar yang keempat, tiba-tiba ketubannya pecah.
Teweraut pun berjalan merangkak ke pondokkan. Ketika
tengah berusaha mengeluarkan bayi dalam perutnya,
Teweraut kehilangan tenaga pada saat mengeluarkan
bayinya dalam perut. Teweraut meminta ibunya untuk
membawanya ke puskesmas terdekat. Namun, dokter
Sita sudah tidak bisa menanganinya, karena Teweraut
sudah kehilangan cairan ketuban. Kondisi kesehatan
Teweraut pun kian melemah, dan akhirnya Teweraut
meninggal bersama bayi dalam kandungannya. Di alam
arwah, Teweraut pun bertemu Akatpits yang telah
menungguinya.
Latar tempat cerita novel Namaku Tewerautyang pertama berada diAsmat
(Papua), sebagaimana pada teks Wilayah Asmat tidak ubahnya bagai gadis puber
yang malu-malu tampil di tengah pesta… (2000, hlm. 6). Kemudian di Jakarta,
London, Amsterdam, Paris, New York (Amerika), dan New Orleans. Kampung
Asmat adalah tempat tinggalnya Teweraut, Akatspit, nDiwi Desman, Ndew
Cipcowut dalam menjalani kehidupan mereka dari sejak lahir hingga mereka
meninggal. Sedangkan Jakarta, London, Amsterdam, Paris, New York, dan New
Orleans adalah tempat-tempat yang dikunjungi Teweraut, Akatpits, nDiwi Desman,
dan rombongan lainnya dalam misi kebudayaan suku Asmat yang diprakarsai oleh
Mama Rin. Latar sosial yang dihadirkan dalam novel ini adalah masyarakat suku
Asmat, masyarakat Jakarta, London, Amsterdam, Paris, New York (Amerika), dan
New Orleans sebagaimana terdapat pada teks … Siaran tivi Amerika
memperlihatkan kehidupan di bawah gorong-gorong yang gelap serta kumuh.
Saking kelaparan mereka tak segan-segan memakan tikus tanah yang gemuk, sisa-
sisa makanan dan bangkai satwa lainnya (200, hlm. 135). Latar waktu cerita novel
ini terjadi di antara tahun 1970 hingga tahun 1990-an. Latar sosial suku Asmat
adalah latar sosial yang lebih fokus digambarkan dalam novel ini sebagai
masyarakat pedalaman yang masih kuat dalam memegang tradisi dan kepercayaan
tehadap para arwah leluhur, sebagaimana pada teks:
116