Page 166 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 166

menentukan pilihan hidupnya. Sebagaimana yang dialami Telaga, yakni dirinya

                        adalah perempuan Brahmana yang menginginkan kebebasaan dalam menentukan
                        pilihan dengan menikahi Wayan yang berasal dari kasta Sudra.

                             Novel Tarian Bumi karangan Oka Rusmini, banyak memunculkan persoalan

                        ketidakadilan gender dan budaya patriarkhi dalam masyarakat Bali. Dalam wilayah
                        hukum  adat  Bali,  pengkastaan  masih  berlangsung  hingga  kini  dan  mulai

                        memunculkan  polemik.  Misalnya  kaum  perempuan  Bali  dengan  kasta  tertinggi
                        dilarang menikah dengan lelaki dari kasta terendah. Jika ada yang berani melakukan

                        pelanggaran itu, maka perbuatannya dianggap sebagai sebuah aib bagi dirinya dan

                        keluarga  besarnya.  Selain  itu,  bisa  memperoleh  cap  negatif  dari  masyarakat,
                        sekaligus malapetaka yang bisa menimpa pelakunya, pada keluarga besarnya, dan

                        pada masyarakat di sekitarnya.
                             Novel  Tarian  Bumi  banyak  mengungkapkan  tentang  hukum-hukum  adat

                        yang bersifat patriarki sekaligus adanya berbagai stereotipe gender terhadap kaum
                        perempuan.  Terutama  budaya  patriarkhi  yang  masih  tertanam  pada  masyarakat

                        Bali,  dan  khususnya  perempuan  dari  kasta  Brahmana  seperti  calon  suami  pada

                        umumnya  ditentukan  oleh  orang  tuanya  harus  berasal  dari  kalangan  Brahmana
                        dengan  tujuan  tetap  memurnikan  keturuannya  sebagai  bangsawan  Brahmana.

                        Perempuan  Brahmana  juga  harus  taat  aturan-aturan  yang  ditetapkan  baginya.
                        Apabila ada yang berani melakukan pelanggaran, maka perempuan Brahmana akan

                        mendapatkan  aib  serta  cap  negatif  atas  dirinya  dan  keluarganya.  Perempuan

                        Brahmana pun dipastikan mendapat malapetaka termasuk orang-orang yang berda
                        dalam  lingkungannya.  Bahkan  sang  perempuan  bisa  dicopot  gelar

                        kebangsawanannya dari kasta Brahmana dan kemudian menjadi perempuan Sudra
                        dengan upacara patiwangi yang tidak terhormat bagi dirinya. Persoalan-persoalan

                        gender tersebut dapat dikaji dengan kritik feminis ideologis (Djajanegara, 2013).

                               Melalui krtik feminis ideologis, dalam novel Tarian Bumi terungkap adanya
                        ketidakadilan gender yang mengarah pada manifestasi pelabelan gender terhadap

                        kaum  perempuan.  Misalnya  kaum  laki-laki  dalam  setiap  upacara  adat  yang
                        menampilkan tarian Bali terhadap penari perempuan kerapkali melontarkan kalimat







                                                                                                    160
   161   162   163   164   165   166   167   168   169   170   171