Page 171 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 171

Meskipun pada akhirnya Luh Kenten harus merelakan Luh Sekar menikah dengan

                        Ida Bagus Ngurah Pidada, lelaki Brahmana yang menjadi tujuan hidup Luh Sekar
                        agar derajat dirinnya bisa terangkat menjadi seorang bangsawan. Persoalan gender

                        ini dikaji dengan menggunakan kritik feminis lesbian (Djajanegara, 2003).

                             Novel ini menceritakan tentang tokoh perempuan yang dikarang oleh penulis
                        perempuan yang melibatkan persoalan gender dan patriarkhi. Oleh karena itu, novel

                        ini  dapat  dikaji  dengan  kritik  sastra  feminis  ginokritik  (Showalter,  1981).  Oka
                        Rusmini dalam menuliskan perasan tokoh Telaga, dirinya mampu menggambarkan

                        bagaimana  psikologi  perempuan  dalam  kondisi  batin  tertekan.  Oka  juga

                        menunjukkan gambaran psikologi perempuan melalui bahasa kejiwaan perempuan
                        dengan utuh.

                             Keterhubungan  citra diri tokoh Telaga dalam novel Tarian Bumi karya Oka
                        Rusmini dengan jiwa feminis dalam dirinya tercipta berdasarkan aspek sosial, fisik,

                        dan psikis. Telaga bedasarkan citra dirinya adalah perempuan yang memiliki jiwa
                        sosial  tingi,  ramah,  sederhana,  rendah  hati,  kritis,  cerdas,  dermawan,  jujur,  dan

                        teguh pada pendiriannya. Telaga dengan karakternya yang kritis dan cerdas, berani

                        mengkritisi hukum adat Bali dalam persoalan kasta yang menurutnya diskriminatif,
                        tidak memenuhi rasa kemanusiaan, dan sudah tak sejalan dengan kondisi zaman.

                        Dengan logikanya, Telaga mendobrak adat patriarkhi Bali yang selama ini menjadi
                        kendala  bagi  kebebasan  kaum  perempuan  Bali  dalam  menentukan  pasangan

                        hidupnya. Aturan adat bagi perempuan Brahmana tidak boleh dilanggar Telaga,

                        namun Telaga  memutuskan menikah hanya dengan Wayan Sasmita yang berasal
                        dari  kasta  Sudra.  Meskipun  akhirnya  Telaga  harus  rela  dibuang  dari  keluarga

                        besarnya  di  Griya  karena  sudah  dianggap  sebagai  bagian  dalam  masyarakat
                        berkasta  Sudra.  Telaga  juga  rela  kehilangan  gelar  kebangsawanannya  melalui

                        upacara patiwangi, hingga menjauh dari kehidupan Griya yang serba mewah dan

                        terhormat.











                                                                                                    165
   166   167   168   169   170   171   172   173   174   175   176