Page 169 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 169

Ironi  dramatis  terjadi  pada  kehidupan  percintaan  Telaga  Pidada  dengan

                        Wayan Sasmita. Telaga yang berasal dari keluarga bangsawan berkasta Brahmana
                        mencintai Wayan yang berkasta Sudra. Mereka berdua akhirnya disatukan dalam

                        perbedaan atas dasar kekuatan cinta. Berbagai nasihat telah diterima Telaga dan

                        Wayan dari ibu  mereka  masing-masing  yang tak mengharapkan mereka  berdua
                        bersatu dalam ikatan perkawinan. Mereka diharuskan mentaati aturan adat pada

                        kasta  Bali.  Ketika  mereka  berdua  melakukan  perlawanan  terhadap  adat  dengan
                        nekad  berkawin,  maka  Telaga  harus  rela  melepaskan  gelar  kebangsawanannya

                        melalui  upacara  patiwangi.  Telaga  sendiri  merasa  terhina  dengan  pelaksanaan

                        prosesi upacara tersebut. Telaga harus diinjak kepalanya oleh seorang perempuan
                        tua berkasta Sudra. Selain itu, Wayan meninggal dunia tanpa sebab setelah lima

                        tahun  perkawinan  mereka.  Hal  itu,  diingatkan  kembali  oleh  ibu  metuanya,  Luh
                        Gumbreg  yang  menyampaikan  bahwa  semua  kejadian  itu  adalah  akibat  dari

                        perbuatan  Telaga  yang  besikeras  menikah  dengan  Wayan  tanpa  restu  adat,  dan
                        pergi dari griya tanpa upacara pamit pada ibunya dan keluarga besarnya.



                        Ulasan:
                        Representasi citra diri tokoh perempuan dalam novel Tarian Bumi diciptakan Oka

                        Rusmini  dengan  tujuan  untuk  mengungkap  persoalan-persoalan  gender  yang
                        dihadapi  perempuan  Bali  agar  menjadi  terang  dengan  memunculkan  karakter

                        Telaga yang khas. Persoalan-persoalan sosial yang dihadapi sebagian masyarakat

                        Bali digambarkan pada wujud Telaga dan Wayan yang berbeda kasta. Pencitraan
                        diri Telaga oleh Oka Rusmini secara aspek sosial, fisik, dan psikis adalah wujud

                        perempuan Bali yang secara psikologis tertekan oleh perlakuan budaya patriarki
                        berupa  aturan  kasta  untukmperempuan  Brahmana,  namun  dirinya  telah  berani

                        mendobrak adat kasta Bali yang diskriminatif.

                             Ida  Ayu  Telaga  Pidada  adalah  perempuan  Bali  yang  hidup  dalam  ruang
                        lingkup kasta Brahmana dengan bakat besar dalam tarian Bali. Meskipun dalam

                        dirinya mengalir darah Sudra dari Jero Kenanga, namun dengan statusnya sebagai
                        bangsawan tidak membuat Telaga menjadi sosok yang tinggi hati. Ibunya berharap







                                                                                                    163
   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174