Page 174 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 174

Mabel  dicurigai  sudah  tidak  suci  sebagai  istri  selama  dalam  penculikkan

                        sebagaimana pada teks:
                             Perang antar suku pun pecah suku Mabel dan suku penculiknya. Meski Mabel
                             telah  diserahkan  kembali  pada  keluarganya  tanpa  kekurangan  suatu  apa
                             pun, tetapi  peristiwa itu telah dianggap  sebagai  aib.  Mencoreng satu  hal
                             yang paling dijunjung tinggi setiap suku. Harga diri. … (Thayf, 2009, hlm.
                             192)


                        Peristiwa  pelabelan  gender  dari  suami  pertama  dan  tindak  kekerasan  suami
                        keduanya yaitu dari Pace Mauwe membuat Mabel menjadi tegar, mandiri, punya

                        pendirian yang kuat, dan pemberani. Pace Mauwe yang sering mabuk-mabukkan
                        karena  frustasi  diupah  sangat  rendah  oleh  peusahaan  emas  yang  menyebabkan

                        Mabel selalu menjadi pelampiassn kekesalan Pace Mauwe sebagaimana pada teks:

                             “Gara-gara upah itu Kwee, Pace Mauwe berubah. Dia jadi suka mabuk-
                             mabukkan dan pergi sampai jauh malam. Kata orang-orang dia bersenang-
                             senang dengan Paha Putih di tempat minum yang buka sampai pagi. Mabel
                             pernah mendapatinya. Mengomeli dan menariknya pulang ke rumah. Tapi
                             dasar laki-laki tidak tahu diri! Ia malah memuku Mabel dan Johanis kecil
                             juga (Thayf, 2009, hlm. 136)).

                        Mabel adalah tokoh perempuan tua yang memberikan pengaruh feminisme cukup
                        besar  terhadap  semua  tokoh  perempuan  dalam  novel  ini.  Tak  terkecuali  pada

                        cucunya yang bernama Leksi agar giat sekolah agar menjadi orang pintar dan sukses
                        sebagaimana pada teks:

                             “Kau  harus  sekolah  tinggi-tinggi,  Leksi,  biar  seperti  dia,”  Lalu  Mace
                             memandang  gadis  idolanya  dari  jauh  seolah  anaknya  sendiri.  “Aku  dan
                             Mabel pasti bangga sekali kalau kau pintar begitu dan berhasil. Karena itu
                             kau  harus  sekolah.  Belajar  sudah.  Jangan  pikir  yang  lain  dulu.”  (Thayf,
                             2009, hlm. 32).

                             Mace adalah menantu Mabel. Mace merupakan sosok perempuan yang patuh,

                        tabah, sabar, dan bijaksana. Mace adalah orang yang berkarakter rapuh dan sensitif.

                        Mace adalah menantu kesayangan Mabel sebagai sesosok perempuan yang patuh,
                        tabah,  sabar,  dan  bijaksana.  Kondisi  psikis  ini  terjadi  dalam  diri  Mace  sejak

                        menerima  pengalaman  pahit  dalam  hidupnya  ketika  berumah  tangga  dengan
                        Johanis yaitu ayah Leksi. Johanis kerapkali bertindak kekerasan terhadap Mace







                                                                                                    168
   169   170   171   172   173   174   175   176   177   178   179