Page 167 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 167

kekagumannya  seperti  pada  Telaga.  Namun,  kata-kata  kekaguman  itu

                        sesungguhnya adalah subordinasi gender (Fakih, 2013) dan merendahkan harga diri
                        Telaga sebagai perempuan. Dalam novel ini dimunculkan pula tokoh lesbian yang

                        bernama Ni Luh Kenten. Kenten telah mencintai Luh Sekar (Jero Kenanga). Sejak

                        kecil sebagai teman bermain. Kemudian setelah dewasa mereka saling menyatakan
                        perasaannya.  Meskipun  pada  akhirnya  Luh  Kenten  sadar  bahwa  Luh  Sekar

                        memiliki ambisi menjadi perempuan terhormat. Luh Kenten merelakan Luh Sekar
                        dinikahi  Ida Bagus  Ngurah Pidada dari kasta Brahmana untuk  menjadi  seorang

                        perempuan  bangsawan.  Persoalan  gender  ini  dapat  dikaji  dengan  menggunakan

                        kritik feminis lesbian (Djajanegara, 2003).
                           Dikarenakan novel ini menceritakan tentang tokoh perempuan dan dikarang oleh

                        penulis  perempuan dengan  melibatkan persoalan-persoalan gender  di  dalamnya,
                        maka  novel  ini  dapat  dikaji  dengan  kritik  feminis  ginokritik  model  tulisan

                        perempuan  dan  psikologi  perempuan  (Showalter,  1981).  Oka  Rusmini  dalam
                        novelnya  ini  ketika  menuliskan  perasan  tokoh  Telaga,  dirinya  mampu

                        menggambarkansebagaimana  psikologi  seorang  perempuan  dalam  kondisi  batin

                        tertekan.  Oka  dapat  menunjukkan  gambaran  psikologi  perempuan  melalui
                        tulisannya yang terbangun secara utuh.

                             Keterhubungan citra diri tokoh Telaga dengan jiwa feminis dalam dirinya
                        tercipta berdasarkan proses pembentukan kepribadian dari berbagai peristiwa yang

                        dialaminya.  Telaga  memiliki  kecerdasan  dalam  bidang  tari-menari,  dan  status

                        bangsawan tetap membuatnya rendah hati. Telaga memiliki kecantikan raga yang
                        sempurna  baik  fisik  maupun  batiniahnya.  Telaga  juga  adalah  perempuan  kritis,

                        termasuk  mengkritisi  hukum  adat  masyarakat  yang  sudah  tak  sejalan  dengan
                        kemanusiaan dan kondisi zaman. Logikanya berupaya mendobrak sistem patriarkhi

                        Bali yang menjadi kendala bagi kebebasan kaum perempuan dalam menentukan

                        pilihan hidupnya.
                             Judul novel ini menggambarkan sebuah perlawanan terhadap adat dan sistem

                        feodal  dalam  masyarakat  Bali, yakni  tentang pengkastaan. Tarian Bumi, adalah
                        sebuah  tarian  yang  menggambarkan  tentang  kehidupan  di  bumi  dengan  segala







                                                                                                    161
   162   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172