Page 83 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 83
tanggung jawab terhadap para bawahannya. Ditambah pula ada satu hal yang
menarik bagi Laila dari diri Sihar, yaitu pembawaannya yang sopan namun tampak
seperti memiliki sikap tidak acuh.
Sihar memukul-mukulkan tangannya ke bangku mika bandara Pulau Matak
yang menyebabkan kulit ari tangannya lecet. Kemudian Sihar mengutuki dirinya.
Dia merasa tak bisa mencegah kecelakaan yang menewaskan teman-temannya itu.
Superego Laila kemudian hadir dalam dirinya dengan menahan tindakan-tindakan
Sihar ketika berusaha mencelakai dirinya. Laila memohon terus pada Sihar agar
tidak melakukan tindakan yang dapat menyakiti dirinya itu. Kemudian Laila
berguman, Sihar, nyawa manusia di tangan Tuhan (1998, hlm. 18).
Sebelum keberangkatan pulang ke tempat masing-masing, yaitu Laila ke
Jakarta dan Sihar ke Palembang, melalui struktur ego-nya Laila mencoba
menyarankan Sihar agar kecelakaan itu dibawa ke jalur hokum, sebagaimana pada
teks, “Kenapa kasus ini tidak diajukan ke pengadilan saja? Kelalaian yang
menyebabkan kematian juga termasuk pidana.” (1998, hlm. 21). Sekian lama
perdebatan terjadi di antaraa Sihar dan Laila karena Sihar merasa pesimis untuk
melawan Rosano, anak pejabat departemen pertambangan yang tak mungkin untuk
dilawannya. Namun Rosano akhirnya luluh takala Laila meyakini dirinya dengan
mencoba memberikan bantuan hukum melewati temannya yang bernama Saman,
yaitu seorang pengacara muda dan aktivis perburuhan yang berdomisili di Sumatra
Selatan. Kemudian Rosano pun meminta, “Bisakah kamu ikut ke Palembang dan
menghubungkan saya dengan teman-eman kamu itu? (1998, hlm. 23).” Perdebatan
di antara mereka yang kemudian Laila menyarankan perjuangan melalui jalur
hukum, memunculkan sebuah muatan feminisme transformasi gender (Fakih, 2013,
hal. 165-166). Dalam arti, Laila mencoba berjuang membantu Sihar untuk melawan
ketidakadilan sistem pada kaum laki-laki yang ditindas oleh sistem atas dasar
kekuasaan dan uang yang dimiliki Cano Rosano.
Selanjutnya, Laila mengurungkan niat sementara waktu pulang ke Jakarta.
Selanjutnya Laila mengubah jadwal keberangkatannya menuju Palembang bersama
Sihar dalam upaya merencanakan pertemuan dengan Saman. Di Palembang Laila
77